Search Suggest

Geologi Regional Lembar Ransiki, Irian Jaya

Baca Juga:




GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Daerah penelitian berada pada Lembar Ransiki, Irian Jaya. Adapun kondisi geologi yang terdapat pada daerah penelitian terbagi atas tiga bagian, yaitu Geomorfologi, Stratigrafi, dan Struktur Regional daerah penelitian.

Geomorfologi Regional
Ransiki mengangkangi lebih utama berarah barat – baratlaut yang melintangi Kepala Burung. Separuh lembar yang utara ditempati oleh medang bergunung penuh tonjolan yang diselatan dibatasi oleh Kuesta mencolok yang miring keselatan (Kuesta Kepala Burung bagian tengah), hinga 2300 meter diatas Permukaan laut, yang berkembang diatas batugamping dan batupasir yang tahan. Lebih jauh kearah selatan medannya berbukit, yang berkisar dari bentangan bertonjolan dengan sengetan landai rata dan Pegunungan Homoklin berongak rapat – rapat sampai topogarfi terasak dan menggelombang. Kearah barat daya, daerah yang berbukit itu berubah menjadi alluvium S. Wiriagar dan S. Tembuni.    
- Pegunungan Arfak
Pegunungan Arfak membentuk pegunungan yang membentang dengan arah utara baratlaut dengan lebih utamanya dekat kelembah garis sesar S. Ransiki, yang memberi batas secara tiba – tiba, satuan itu di barat ke arah timur, pegunungan itu berangsur berubah menjadi perbukitan yang banyak tempat membentuk jurang sepanjang pantai Teluk Cendrawasi.
- Danau Antara Gunung Anggi
Danau antara gunung anggi terdapat dihulu cabang tenggara S. Warjori, dan S. Ransiki; danau itu menghidupi Danau Gigi (pada ketinggian 1700 m di atas permukaan laut) dan Danau Gita (1660 m) kedua danau itu daerah tadahnya kecil saja. Danau Gigi disalurkan ke timur masuk ke S. Ransiki. Permukaan danau itu tercirikan oleh perbukitan dan lembah lebar – lebar dengan dataran dan rataan yang ditempati sungai berkelok seperti S. Ngemona dan S. Irai. danau itu dikelilingi oleh daerah bergunung dengan ketinggian dari 2500 sampai 2800 m diatas permukaan laut di timur laut.
- Bentengan Pegunungan Kepala Burung bagian Tengah   
 Bentengan pegunungan Kepala Burung bagian tengah secara kasar dibatasi oleh singkapan Formasi Kemum. Topografi dibagian barat dan tengah satuan ini secara seragam dan mempunyai timbulan sampai beberatus meter. Topografi itu dicirikan oleh pegunungan pendek – pendek atau bukit bulat telur sampai membundar dan pegunungan yang berlereng curam – curam lurus, cembung landai, dan puncak yang luas atau membudar dengan paras puncak yang hampir bersesuai. Ketinggian rata – rata berangsur – angsur menurun  lebih dari 1600 m di atas permukaan laut disekitar S. Warjori sampai sekitar 800 m di barat.
 Makin jauh ditimur, pegunungan itu lebih kasar dengan puncak menjulang sekitar 2800 m diatas permukaan laut. Daerah ini tersalirkan oleh jejaringan sungai berkerapatan sedang yang menyalirkannya baik ke utara maupun ke selatan, lebihnya mengikuti jejak melengkung kuat yang memberi kesan perompakan beberapa bagian tadah. Meskipun umumnya sungai disini mempunyai aliran yang berkelok – kelok rumit, setempatnya tetasalirnya dikendalikan struktur, yang mengakibatkan aliran sungai yang nisbi lurus, misalnya di hulu S. Rawoera bagian timur dan hulu S.Warjori dan S. Momi.
- Di Pegunungan Imskin – Kaputih
Di Pengunungan Imskin – kaputih bentengannya secara khas terkendalih struktur lalagan dan pegunungan homoklin, sampai tinggi 600 m, memberi batas garis besar lajur lipatan melengkung. Yang paling mencolok adalah Sinklin Imskin, karena timbulan terbalik. Lipatan itu dikelilingi oleh perbukitan rendah tersayat rapat dan berlereng curam sedang – sedang.
- Kuesta Kepala Burung Bagian Tengah
Kuesta Kepala Burung bagian tengah adalah membentuk pengunungan senjang yang sangat menonjol, secara kasar membagi dua daerah kepala burung pada arah barat – timur. Sengetan yang miring ke selatan (antara 0 – 20°) dibatasi diarah utara oleh gawir yang tegas dengan jurang sampai setinggi 100 m. Puncak disepanjang gawir itu umumnya mencapai ketinggian sekitar 2500 – 3000 m di atas permukaan laut di Pegunungan Lina dan di timur Kampung Testega. Ketinggian rata – rata puncak gawir itu kearah barat menurun terus – menerus. Kuesta tadi pada beberapa tempat tertoreh oleh sungai besar – besar yang mengalir ke selatan menyayat jurah dan sempit. Sungai itu turunan atau memang panggah. Tata salir dwita (sekunder) sepanjang sayap selatan sebagian sungai turutan, dan sebagian penurut, dengan batangnya dikendalikan oleh sistem retakan berpasangan yang berkembang baik pada batuan endapan yang ada. Bila batupasir kuarsa (Formasi Sirga) menindi batugamping (Batugamping Faumai), maka permukaan bumi menjadi bopeng oleh liang legah semu.
- Perbukitan Di selatan
Perbukitan di selatan berhubungan erat dengan endapan Formasi Stenkool di cekungan Bintuni yang terukir dan terlipat. Topografinya berubah – ubah dari kuesta yang bentuknya tak teratur, Pegunungan Lalangansau yang tertoreh halus, biasanya dengan sengetan kecil – kecil tetapi menonjol.Tata salir yang pada dasarnya meranting dibanyak tempat tergantikan oleh sungai penurut bersudut (runcing,tumpul) atau tegak lurus.
- Kars
Kars tersebar luas disepanjang sayap selatan Kuesta Kepala Burung bagian tengah pada daerah batugamping. Yang terbanyak adalah Kars kerucut, Kars limas dan dolina, Kars cela dan Kars lorong.; beberapa lembah mempunyai sungai berjeda atau sungai bawah tanah. Walaupun begitu, ditempat batulumpur dan batupasir gampingan menonjol, maka bentangannya berperbukitan rendah sampai bergelombang dengan sungai yang berongga lebar tetapi biasanya menyayat curam, dan setempat berbusur tak teratur dengan tata salir yang kacau.
- Pegunungan Misumna dan Pegunungan Pantai
Pegunungan Misumna dan Pegunungan Pantai adalah sinambung dan umumnya dialasi batugamping; bagian barat Rumberpon dimasukan dalam pembagian ini. Pegunungan ini bertopografi kasar dan tak teratur, dan di timur
 Di batasi oleh Teluk Cenderawasih. Puncak yang tinggi – tinggi, sampai 2000 m diatas permukaan laut terdapat di Pegunungan Misumna. Tata – salirnya tak teratur dan setempat sungainya sesaat menjadi aliran bawah tanah. Gawir batugamping tak sinambung dan setempat batupasir mengikuti arah struktur yang ke utara sampai baratlaut, dan menjadi sesar yang menjadi sesar yang penting – penting. Cekungan antara gunung kecil – kecilang terisi bahan hanyutan lereng (Qa) terdapat setempat.
- Undak - Undak
Undak  – undak  tertoreh dan terungkit terdapat sebagai jalur tak senambung diantara dataran aluvium yang berhubung dengan S. Wariagar dan S. Tembuni, dan berbukit selatan di Cekungan Bintuni singkapan lebih kecil – kecil ditafsirkan dari potret udara disepanjang tepi baratdaya cekungan antar gunung yang basar di antara Pegunungan Imskin – Kaputih dan Pegunungan Misumna. Sisa undak paras – tinggi banyak terdapat di sepanjang lembah S. Ransiki dan S. Prafi. Kipas aluvium tertoreh dari kerikil gunungapi dan pasir selebar 5 km dan setebal hingga 50 m terdapat 10 km di tanjung Oransbari.
Adanya terumbu koral terangkat terbatas dibagian utara dan timurlaut P. Rumberpon. Angkatan terbesar, sampai 150 m, terdapat diujung utara pulau ini, dan dari sana ketinggiannya menurun secara bertahap kearah barat.
- Dataran dan Daerah Rata Aluvium dan Litoralum
Dataran dan daerah rata aluvium dan litoral terserak diseparuh selatan dan timur daerah lembar. Di baratdaya, ada aluvium luas yang berhubungan dengan S. Tembuni dan S. Wiriagar yang berkelok memanjang kepantai selatan Kepala Burung. Di sepanjang pantai timurlaut, umumnya melingkari Pegunungan Arfak beberapa sungai yang jalin – jemalin membentuk kipas aluvium – dekat pantai – beralih ke pematang pantai, dataran pesisir, dan bura dan gosong, misalnya di tanjung Oransbari. Sepekat dengan pepohonan yang tenggelam disepanjang dataran pantai langsung di timurlaut muarah S. Ransiki mungkin akibat menurunnya pantai setempat.
Sungai penting – penting yang mengalir ke utara (terutama S. Warjori) setempat dikelilingi rataan aluvium sempit dan atau undak. Kebanyakan bentangan itu boleh  jadi terbentuk karena terbendungnya sementara sungai oleh bahan lonngsoran.
Sebuah cekungan antar gunung dengan panjang 30 km dan lebar sampai 12 km membatasi sayap baratdaya pegunungan Misumna, dan tersalirkan oleh S. Muturi. Setempat endapan danau berjumpai pada D. Gigi dan D. Gita di danau antar Gunung Anggi. Disana adapula dataran dan rataan mungkin merupakan danau tua yang tertimbun.

Stratigrafi Regional
Ransiki meliputi lima mendala geologi (gambar), Mendala itu adalah : Bongkah Kemum, Bongkah (Blok) Arfak,Ranah (Mintabat) Leher Burung (Lajur Lipatan Lengguru), Cekungan Bintuni, dan Sistem Sesar Ransiki Ada bagian tertentu dari Mendala itu yang tertutup endapan aluvium dan litoral kuarter Dataran Arfak.
- Bongkah Kemum
Terbentuk oleh Formasi Kemum (SDk) yang berumur Silur hingga Devon berupa endapan malih derajat - rendah hingga menengah, satuan turbidit dengan tebal paling tidak 2,5 km. Sepanjang perenggan utara bongkah itu, yang dibatasi oleh Sistem Sesar Sorong dan Ransiki, batuan endapan malih meliputi tubuh yang sedikit banyak nampak memanjang dan buntal (schilieren) granitoid pejal, terdaunkan dan terabak. Ditempat yang terpetakan, tubuh batuan itu digolongkan kedalam granodiorit Wariki (Ђw), yang enam umur K-Ar-nya (lima diantaranya di Manokwari) berkisar dari 226 hingga 258 juta tahun (Blandon 1988), tetapi sebagian besar menunjukkan Trias.
- Bongkah Arfak
Bongkah Arfak meliputi dua satuan, yang tertua adalah Batuan Gunungapi Arfak (Tema) dari busur Kepulauan, dan umumnya terdiri dari batuan klastika gunungapi, piroklastika, lava dan batuan terobosan bersusunan menengah hingga basa. Batuan klastika gunungapi itu diendapkan paling tidak sebagian sebagai turbidit dekatan dan mengandung sisipan tipis - tipis batugamping lumpuran yang mengandung foraminifera berumur Eosen Akhir hingga Miosen Awal Ransiki (Pieters drr, dalam pencetakan).
- Ranah Leher Burung
Ranah Leher Burung adalah bagian dari Komplek Mawi (PKm), satuan yang mencangkup beberapa jenis endapan yang tercampur secara tektonik; ketiadaan fosil, tidak memungkinkan menasabahkannya (mengkorelasikannya) dengan formasi yang sudah mapan. Batuan dalam satuan ini mirip dengan batuan Formasi Tipuma dan kelompok kembelangan, dan boleh jadi Formasi Aiduna yang berumur perem sebagaimana ditentukan batasanya di Waghete  oleh Pigram dan Panggabean (1983, dalam penerbitan).singkapan kelompok kembelangan (JKk) yang tak seberapa kuat tercenangga dan terpetakan di Ransiki terdiri dari batuan endapan dan fosil yang menunjukkan pengendapan dilingkungan laut dangkal. Fosilnya berumur Jura Tengah sampai Kapur Akhir, dan rumpang yang nyata terentang antara Jura Akhir dan Kapur Awal.
Foraminifera memarakkan bagian Batugamping Imskin (Kti) yang terjadi di lingkungan laut terbuka yang berumur Kapur Paling Atas sampai Eosen Tengah dengan bagian yang Miosen Bawah sampai Tengah, yang menindih kelompak kembelangan. Runtunan yang lebih tua itu umumnya teriuk (tercenangga) lebih kuat dan setempat memperlihatkan belahan. Satuan ini tertindih oleh Formasi Klasafet (Tmk) yang berumur Miosen Tengah – Miosen Atas, yang fosil runtungan dan bahan longsoran asal-daratan didalamnya menunjukan asalnya yang bersumber dari batuan malihan derajat -  rendah dan endapan dengan batuan gunugapi.  
- Sistem Sesar Ransiki
Sistim Sesar Ransiki meliputi bancu (RFx) yang tersusun dari bermacam – macam batuan endapan dan batuan beku. Kecuran silika gampingan, batugamping dan batuan gunungapi bersusunan mafik sampai menengah membentuk masa dasar dan juga kepingan tektonik; kepingan batuan pindahan meliputi sedimen malih, granitoid, diorit, batuan gunungapi gabro dan piroksenit terserpenunkan, sebagian besar berasal dari mandala geologi yang berdampilan. Umur pengendapan batuan endapan gampingan itu mungkin terbatas sampai Miosen, dan fosil apapun yang lebih tua berhubungan dengan kepingan pindahan. Batugamping terumbu dan kecuran kasar Formasi Wai (TQw) dan endapan kecuran Formasi Befoor (TQb) terdapan disamping sistem sesar itu, dan boleh jadi juga menindih beberapa diantara ruas sesar itu.
- Cekungan Bintuni
Cekungan bintuni terisi sebagian besar oleh Formasi Steenkool (TQs, TQss,TQsm) yang berumur Miosen Paling Akhir sampai Plistosen yang tersusun oleh klastikat delta dan paralas yang bersentuhan secara berangsur dengan Formasi Klasafet dibawanya menuju kearah tengah cekungan. Keterdapatan lapisan tipis - tipis lignit yang pertama, atau perubahan fauna mikro, menandai batas antara kedua formasi tersebut. Kearah tepi utara dan timur,setuhannya tidak selaras, dan Formasi Steenkool itu menumpang tindih Formasi yang lebih tua Bongkah Kemum dan Ranah leher Burung. Formasi Steenkool tertindih tak selaras oleh batupasir tusuawai (Qpt) darat yang berumur Plistosen.

Struktur Geologi Regional
- Bongkah Kemum
Di Manokwari Bongkah Kemum dibagian utara dibatasi oleh Sistem Sesar Sorong dan di bagian timur dibatasi oleh Sistem Sesar Ransiki. Sedimen malih Formasi Kemum umumnya miring sedang hingga terjal dan teriuk menjadi lipatan ketat hingga isoklin yang disertai dengan pembelahan bidang sumbu. Di tempat yang diamati, ukuran lipatan itu mulai dari beberapa sentimeter hingga beberapa meter. Pada jarak beberapa kilometer dari Sistem Sesar Sorong dan Ransiki, arah perlapisan dan perdau­nan utama yang menonjol di barat Sungai Warjori, adalah kearah utara dan makin ke timur, pada arah baratlaut. Setempat berkembang belahan lipatan sekunder. Periukan itu disertai oleh permalihan dayagni (dynamothermal metamorphisme) sewilayah derajat - rendah hingga ke lajur biotit, dan setelah itu tertimpa oleh tahap pemalihan tekanan rendah dan atau pemalihan suhu tinggi yang membangkitkan porfiroblas biotit berarah acakan dan setempat andalusit.
Formasi Kemum diterobos oleh Granodiorit Wariki yang masuk setelah tahap periukan dan pemalihan sewilayah, atau boleh jadi secara bersama - sama dengan tahap kedua Pemalihan. Urat granit, aplit dan pegmatit mengikuti lapisan yang terlipat dan/atau memotongnya. Sentuhannya dengan batuan terobosan yang lebih besar umumnya tak selaras. Batuan tubuh terobosan yang lebih besar umumnya untuk sebagian terhablurkan kembali dan mengandung kanta dan batang lompokan kuarsa sekunder dan daunan tak teratur biotit sekunder yang menyebabkan perdaunan kasar. Umur isotop K-Ar mineral primer dan sekunder secara kasar masuk dalam rentang waktu yang sama, yang memberi kesan penghabluran kembali dan periukan pada tahap akhir magma.
Batuan Formasi Kemum terpotong oleh banyak retakan yang miring sedang hingga tegak, terutama dibagian utara sampai baratlaut dan timurlaut. Kebanyakan retakan itu terbentuk selama pengangkatan di Kepala Burung bagian utara selama Pliosen dan Kuarter. Pada arah Sistem Sesar Sorong dan Ransiki sedimen malih dan batuan bak - granit berangsur-angsur makin banyak retakannya, terabak, terubah, terhablurkan kembali dan setempat termilonitkan. Arah struktur utamanya sejajar dengan struktur sesar itu. Rabakan dan retakan yang membentuk pataan yang rumit itu, dan sesar berbalik, sesar naik, sesar turun dan sesar geser-jurus telah dipetakan. Setempat, lipatan - seret berhubungan dengan persesaran, peruratan rumit (terutama kuarsa) dan pirit sekunder terdapat dimana - mana. Kebanyakan tubuh bak - granit bentuknya memanjang dengan sentuhan yang berbatasan dengan sesar juga sejajar dengan arah persesaran.
- Bongkah Arfak
Bongkah Arfak terdampil terhadap Bongkah Kemum sepanjang Sistem Sesar Sorong dan boleh jadi berlanjut ke utara dibawah Cekungan Manokwari dan Dataran Arfak. Batas antara Bongkah Arfak dan Bongkah Tamrau untuk sementara diletakkan disepanjang kelurusan yang melebar ganjil, berarah baratlaut memotong Dataran Arfak dan tinggian gaya berat yang melingkar segaris. Satuan yang bawah, Batuan Gunungapi Arfak tersingkap hanya didaerah kecil di Manokwari, tetapi di Ransiki bagian utara batuan gunungapi itu miring antara 15° ke timurlaut dan timur. Di dekat dan disepanjang Sistem Sesar Ransiki, Batuan Gunungapi Arfak teriuk oleh perabakan dan peretakan dan juga terubah kuat serta penuh urat.
Batugamping Maruni tersingkap ditiga pematang yang memanjang pada arah barat laut yang sebagian hingga seluruhnya dibatasi oleh sesar dan boleh jadi bersesuaian dengan bangunan antiklin. Di tempat  sesar itu dapat dipetakan, batugamping tadi terbreksikan dan terabak kuat - kuat.
- Mandala Leher Burung
Di sebelah tenggara, Mandala Leher Burung yang tersingkap jauh lebih luas di selatanya Stengkol dan  Kaimana, terdampil pada Bongkahan Kemum. Batas antara kedua mandala itu secara topografi tidak tampak jelas, tetapi seperti di tafsirkan dari ketaksinambungan yang nyata dari satuhan - satuhan litostratigrafinya, gaya ketektonikan dan perubahan tajam dari pola gaya beratnya yang disertai kelandaian yang tercuram sebagai mana diamati PPGIJ di Irian Jaya. Di barat, Mandala Leher Burung bersentuan sesar dengan dan terpaju oleh Cekungan Bintuni.
Mandala Leher Burung ini berupa lajur berbentuk bulang sabit lipatan dan sesaran rumit yang mencangkup bagian yang lebih besar Leher Burung yang terbentang dari teluk etna (Kaimana) diselatan sampai Peg. Misumna (ransiki) di utara.Di Ransiki, Mandala Leher Burung terbagi menjadi empat daerah struktur yang lebih kurang berarah utara – selatan.  
- Sistem Sesar Ransiki
Sistem Sesar Ransiki adalah suatu ketaksinambungan struktur utama yang berarah utara baratlaut, selebar 100 m sampai 3 km, yang memisahkan Bongkah Kemum dari Bongka Arfak. Kearah utara di Manokwari, sistem itu bersambung dengan sistem sesar sorong yang bearah timur – barat, melintasi pangsa sesar melengkung. Kelanjutannya keselatan dilepas pantai dianggap memang benar mengikuti gawir topografi bawah laut yang sejajar dengan kontur anomaly bouguer.
Sistem Sesar Ransiki secara topografi dinyatakan oleh lembah garis sesar S. Ransiki dan S. Prafi. Di bagianya yang lebar, sesar ini terbentuk dari beberapa utas dengan pola jalin – jalin yang membatasi bancuh (RFx) yang penuh retakan terabak kuat dan tercerminkan. Banyak tempat batas timur sistem sesar itu di tandai oleh tubuh lir retas yang curam sampai hampir tegak, menyaping kanjang terdiri dari diorite dan gabro yang terabak disegala arah. Disepajang batas bagian barat, batuan endapan mali Formasi Kemum ternyata tak sebarapa banyak tercenangga
Di bagian ilir sungai Ransiki, sistem sesar itu melingkungi tubuh Formasi Wai yang terungkit dan terbatasi sesar, yang bagian dalamnya pengaruh gaya tektonik. Bahkan lebih jauh kehilir disepanjang S. Ransiki, Formasi Befoor terdapat baik dalam sistem sesar itu maupun diluarnya, lapisannya umumnya agak terungkit, dan setempat terpotong oleh rajutan sistem sesar tersebut.
Jejak sistem Ransiki yang lurus, gemaris hinga jalin – jemalin, cenanggaan dan cermin sesaran mendatar yang kuat batuan yang berumur Miosen Akhir dalam jalur sesar itu, dan rana sangat berbeda – beda yang bertampilan memper kesan adanya gerakan geser menjurus yang sangat besar selama Miosen Akhir dan Pliosen. Kehadiran penggalan dan bongkaan batuan tercenangga kuat disepajang Sistem Sesar Ransiki dan Sorong yang senasabah dengan Ranah Leher Burung memperkesan adanya perpindahan menyamping - kiri  kiri – kiri 100 an km walaupun demikian, kedudukan kelandaian anomaly bouguel utama memberi kesan bahwa rantau yang utama Bongkah Kemum dan Bongkah Arfak terdapat di barat tampakan permukaan Sistem Sesar Ransiki (lihat Geofisiki). Cerak ini dapat diterangkan dengan mengangap bahwa Bongkah Kemum tersesarkan arah timur melalui Bongkah Arfak.gerak selama Kwarter boleh jadi kebanyakan turun wajar bila sistem sesar itu giat kembali sebagai akibat pengangkatan berpunggung Kepala Burung bagian utara. Mungkin pula pada waktu itu Sistem Sesar Ransiki dan Sorong bersambungan.
- Cekungan Bintuni
Cekungan Bintuni menempati bagian baratdaya dan tengah Ransiki, tetapi berlanjut ke barat dan selatan melewati batas lembar ini, batasnya secara kira – kira ditentukan oleh pigram drr (1983). Perkembangannya berlangsung sezaman dengan lulunya dan kemudian terangkatnya Bongkah Kemum, Ranah Leher Burung dan Bongkah Arfak pada waktu Miosen Akhir sampai Kuarter.
Batas utara Cekungan Bintuni masa kini terdapat di Ransiki, dan ditentukan oleh lentik (kuesta) Kepala Burung bagian tengah di utara Ranah Leher Burung di timur lautnya (pigram drr., 1983) Pembentukan cekungan itu mungkin dimulai pada Miosen Akhir, sebagaimana ditunjukan oleh masuknya aliran bahan rombakan asal darat ke dalam endapan yang lebih muda Formasi Klasafet. Walaupun demikian, sebagian besar bahan klastika itu diendapankan selama Pliosen dan Plistosen.
Penyigian dengan kegempaan kewilayahan baru – baru ini dan data sumur penjajakan minyak selatan Ransiki (Collins & Qureshi, 1977), ditunjukan bahwa cekungan bintuni jelas – jelas senjang; kedalam sampai alas batugamping bertambah terus menurus kearah tepi timur cekungan yang ketebalan batuan kecuraannya (klastikanya) mencapai 4000-an m (di FAKFAK).
Batuan endapan Cekungan Bintuni tercenanggan menjadi jalur lipatan berarah barat – barat laut dari kaki lentikan (Kuesta) Kepala Burung bagian tengah di hulu sungai Aimau (Taminabuan) sampai di hulu Teluk Bintuni (Steenkool) karena arah jalur lipatan itu agak mirin terhadap jurus lentik Kepala Burung bagian tengah yang lebih kearah barat, daerah ini antara kedua struktur itu di tempati oleh lentukan Sinklin hingga Monoklin yang terus – menerus melebar kea rah timur.
Jalur lipatan itu dibatasi dengan tajam, dan lebarnya tidak lebih dari 25 km; yang tampak dilapangan ialah lalangasu dan pegunungan Homoklin. Lipatan itu dapat diikuti sepanjang jurus sejauh beberapa kilometer sampai puluhan kilometre; panjang gelombang antara 5 – 12 – an km. Antiklinnya umumnya agak senjang dengan sayap utaranya miring landai (15°) dan yang selatan lebih curam sampai 30°, tetapi setempat sekitar 60°, seperti didekat Tomo. Sumbu lipatannya melengkung atau agak berbelok – belok dan mempunyai puncak bunbungan setempat.
Pada penyaliran bagian barat S. Muturi, ada struktur Sinklin yang menjerambai mengikuti jurus berarah timurlaut dari jalur lipatan itu ke timurlaut. Sinklin ini menunjam ke baratdaya, dan juga senjang dengan sayap tenggara sangat curam sampai agak tegak dan sayap utara miring landai. Ke arah utara, sinklin itu beralih menjadi lentukan Sinklin sampai Monoklin diantara lentik Kepala Burung bagian tengah dan jalur lipatan tadi. Jerambaian Sinklin itu di timur dibatasi oleh Ranah Leher Burung disepajang jalur sesar yang rumit, yang telah menimbulkan pencuraman berlebih dan perlipatan batuan endapan Formasi Klasafet dan Steenkool.
Ada sistem retakan yang rumit menyayat strukur lipatan itu; didalamnya tercakup sesar memanjang yang kebanyakan disepanjang sayap selatan Antiklin yang lebih curam dan sesar melintang ada sesar geser – jurus berarah timurlaut yang menonjol langsung di barat sumur SE Wasian telah memindahkan beberapa sumbu lipatan pada arah mendatar.

Lihat dan Download Peta Geologi Lembar Ransiki : klik di sini!!!

Referensi :
M S, Munir. Moch. H, 1996, Geologi dan Mineralogi Tanah, PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta.
Nawipa, http://demimaki.wordpress.com/geologipapua/
Robinson. G. P, Ratman. N, dan Pieters. R. J, 1990, Geologi lembar Ransiki, Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Sukandarrumidi, Geologi Sejarah, Universitas Gadjah Mada, gugmpress, Yogyakarta 2010.

Penutup

Sekian Penjelasan Singkat Mengenai Geologi Regional Lembar Ransiki, Irian Jaya. Semoga Bisa Menambah Pengetahuan Kita Semua.

Posting Komentar

pengaturan flash sale

gambar flash sale

gambar flash sale