Batuan sedimen karbonat merupakan
batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang tersusun
atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin
hasil presipitasi langsung.
batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang tersusun
atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin
hasil presipitasi langsung.
Secara umum batuan karbonat
ini mengandung fase primer, sekunder dan butiran reworked. Fase primer
ini merupakan mineral presipitasi yang dihasilkan oleh organisme,
sementara mineral karbonat sekunder dihasilkan oleh presipitasi alami
non organik yang terjadi saat proses diagenesis berlangsung. Material
reworked ini sama dengan mekanisme yang terjadi pada batuan terigen
klastik yaitu hasil abrasi pelapukan batuan sebelumnya.
Komponen Penyusun Batuan Sedimen Karbonat
Ada 4 komponen penyusun batuan sedimen karbonat yaitu skeletal grain, non skeletal, micrite dan semen/sparit.
Skeletal grain
Merupakan
butiran cangkang penyusun batuan karbonat yang terdiri dari seluruh
mikrofosil, butiran fosil ataupun pecahan dari fosil-fosil makro.
Cangkang ini merupakan allochem yang paling umum dijumpai dalam
batugamping.
Gambar : Skeletal Grain berupa Fosil Foraminifera |
Non skeletal grain
Merupakan
komponen yang bukan berasal dari tubuh fosil atau murni hasil
presipitasi, terdiri atas ooid dan pisoid, peloid, pellet serta aggregat
dan intraklast.
- Ooid
adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat atau elips yang mempunyai
satu atau lebih struktur lamina yang konsentris dan mengelilingi inti.
Inti penyusun biasanya partikel karbonat atau butiran kuarsa. Ooid
memiliki ukuran butir <2 mm dan apabila memiliki ukuran >2 mm
disebut pisoid.Gambar : Ooid dan Pisoid dalam Sayatan Tipis - Peloid
merupakan butiran karbonat yang berbentuk bulat, elipsoid atau
meruncing yang tersusun oleh micrite dan tanpa struktur internal ukuran
dari peloid antara 0,1 - 0,5 mm.Gambar : Peloid - Pellet
merupakan partikel berukuran <1 mm berbentuk spheris atau elips
dengan komposisi CaCO3. Secara genetic pellet merupakan kotoran dari
organisme.Gambar : Pellet dalam Sayatan Tipis - Aggregat
merupakan kumpulan dari beberapa macam butiran karbonat yang tersemen
bersama-sama oleh semen mikrokristalin atau tergabung akibat material
organik. Sedangkan intraklas ialah fragmen dari sedimen yang sudah
terlitifikasi atau setengah terlitifikasi yang terjadi akibat pelepasan
air lumpur pada daerah pasang surut/tidal flat.Gambar : Aggregat dan Intraklast dalam Sayatan Tipis
Micrite
Merupakan
matriks yang biasanya berwarna gelap. Pada batugamping hadir sebagai
butir yang sangat halus. Micrite memiliki ukuran butir kurang dari 4
mikrometer. Micrite dapat mengalami alterasi dan dapat tergantikan oleh
mosaik mikrospar yang kasar.
Gambar : Micrite dalam Sayatan Tipis |
Semen/sparit
Merupakan
material halus yang menjadi pengikat antar butir dan mengisi rongga
pori yang terendapkan setelah fragmen dan matriks. Semen dapat berupa
kalsit, silika, sulfat atau oksida besi.
Gambar : Semen dalam Sayatan Tipis |
Tekstur Batuan Sedimen Karbonat
Ada 3 unsur yang mempengaruhi tekstur batuan sedimen karbonat yaitu grain, massa dasar (matriks) dan semen.
Sortasi/pemilahan
Seperti
halnya dalam batupasir derajat sortasi dalam batuan karbonat merupakan
fungsi dari “mean grain size”. Sebagai contohnya adalah dalam suatu
kasus sebagai berikut; bila semua material karbonat disusun oleh fosil,
jadi hanya satu sifat saja, maka sortasi akan bagus. Dan sebaliknya
apabila material karbonat umunya disusun oleh sebagaian fosil dan semen
maka sortasinya buruk.
Rounding/kebundaran
Proses
pembundaran di hasilkan oleh banyak factor yang kompleks dan salah
satunya adalah fosil yang merupakan indicator yang bagus untuk
menentukan daya abrasi.
Contoh
ooid dan pellet sejak semula berada dalam keadaan bulat hingga tidak
dapat dipakai untuk menghitung dalam evaluasi pembundaran oleh abrasi
dalam suatu contoh batuan. Interklast pada umumnya mempunyai sifat amat
lemah hingga akan cepat menjadi bundar, hal ini juga tidak dapat dipakai
untuk mengadakan evaluasi pembundaran oleh abrasi.
Dalam
butiran yang sebagian besar mengandung ooid, pellet, atau interklast,
proses pembundaran dari setiap asosiasi fosil dapat dipakai sebagai
indicator dari tingkat keefektifan proses abrasi dari suatu lingkungan
pengendapan. Akan tetapi juga akan dijumpai banyak kesukaran yaitu dalam
mengevaluasi pembundaran dari proses abrasi karena banyak diantara
fosil tersebut mempunyai bentuk yang membulat seperti ecninodermata dan
foraminifera. Kemungkinan proses pembundaran dari cangkang-cangkang
hanya akan terjadi di daerah pantai karena di daerah pantai inilah
terjadi proses pembundaran yang efektif oleh aktifitas gelombang.
Klasifikasi Batuan Sedimen Karbonat
Klasifikasi yang sering digunakan untuk penentuan nama batuan sedimen karbonat yaitu klasifikasi Folk (1959), Dunham (1962) yang kemudian dikembangkan menjadi klasifikasi Embry & Klovan (1971).
Dasar klasifikasi Folk (1959)
yang dipakai dalam membuat klasifikasi ini adalah bahwa proses
pengendapan pada batuan karbonat sebanding dengan batupasir, begitu juga
dengan komponen-komponen penyusun batuannya, yaitu :
Allochem,
sama dengan pasir atau gravel pada batupasir. Ada empat macam allochem
yang umum dijumpai yaitu intraklas, oolit, fosil dan pellet
Microcrystalline
calcite ooze, sama dengan matrik pada batupasir. Disebut juga micrite
(mikrit) yang tersusun oleh butiran berukuran 1-4 mikrometer.
Sparry
calcite (sparit), sama sebagai semen. Pada umumnya dibedakan dengan
mikrit karena kenampakannya yang sangat jernih. Merupakan pengisi rongga
antar pori.
Gambar : Klasifikasi Folk (1959) |
Klasifikasi Dunham (1962)
didasarkan pada tekstur deposisi dari batugamping. Karena menurut
Dunham, dalam sayatan tipis, tekstur deposisional merupakan aspek yang
tetap. Kriteria dasar dari tekstur deposisi yang diambil Dunham (1962)
berbeda dengan Folk (1959).
Dasar
yang dipakai oleh Dunham untuk menentukan tingkat energi adalah fabrik
batuan. Bila batuan bertekstur mud supported diinterpretasikan terbentuk
pada energi rendah karena Dunham beranggapan lumpur karbonat hanya
terbentuk pada lingkungan yang berarus tenang. Sebaliknya Dunham
berpendapat bahwa batuan dengan fabrik grain supported terbentuk pada
energi gelombang kuat sehingga hanya komponen butiran yang dapat
mengendap.
Batugamping
dengan kandungan beberapa butir (<10 %) di dalam matriks lumpur
karbonat disebut mudstone, dan bila mudstone tersebut mengandung butiran
tidak saling bersinggungan disebut wackestone. Lain halnya bila antar
butirannya saling bersinggungan disebut packstone atau grainstone;
packstone mempunyai tekstur grain-supported dan biasanya memiliki
matriks mud. Dunham memakai istilah boundstone untuk batugamping dengan
fabrik yang mengindikasikan asal-usul komponennya yang direkatkan
bersama selama proses deposisi (misalnya : pengendapan lingkungan
terumbu). Dalam hal ini boundstone ekuivalen dengan istilah biolithite
dari Folk.
Klasifikasi
Dunham (1962) memiliki kemudahan dan kesulitan. Kemudahannya adalah
tidak perlunya menentukan jenis butiran dengan detail karena tidak
menentukan dasar nama batuan. Kelebihan yang lain dari klasifikasi ini
adalah dapat dipakai untuk menentukan tingkat diagenesis karena apabila
sparit dideskripsi maka hal ini bertujuan untuk menentukan tingkat
diagenesis.
Kesulitan
adalah di dalam sayatan petrografi, fabrik yang menjadi dasar
klasifikasi kadang tidak selalu terlihat jelas karena di dalam sayatan
hanya memberi kenampakan dua dimensi, oleh karena itu harus dibayangkan
bagaimana bentuk amensi batuannya agar tidak salah dalam penafsirannya.
Gambar : Klasifikasi Dunham (1962) |
Klasifikasi Embry dan Klovan (1971)
merupakan pengembangan dari klasifikasi Dunham (1962 dengan membagi
batugamping menjadi dua kelompok besar yaitu autochtonous limestone dan
allochtonous limestone berupa batugamping yang komponen-komponen
penyusunnya tidak terikat secara organis selama proses deposisi.
Gambar : Klasifikasi Embry dan Klovan (1971) |
Pembagian
allochtonous dan autochtonous limestone oleh Embry dan Klovan (1971)
telah dilakukan oleh Dunham (1%2) hanya saja tidak terperinci. Dunham
hanya memakainya sebagai dasar pengklasifikasiannya saja antara
batugamping yang tidak terikat (packstone, mudstone, wackestone,
grainstone) dan terikat (boundstone) ditegaskan. Sedangkan Embry dan
Klovan (1971) membagi lagi boundstone menjadi tiga kelompok yaitu
framestone, bindstone,dan bafflestone, berdasarkan atas komponen utama
terumbu yang berfungsi sebagai perangkap sedimen. Selain itu juga
ditambahkan nama kelompok batuan yang mengandung komponen berukuran
lebih besar dari 2 cm >10 %. Nama yang mereka berikan adalah rudstone
untuk component-supported dan floatstone untuk matrix supported.
Demikian pembahasan mengenai petrografi batuan sedimen karbonat, semoga bermanfaat.
Penutup
Sekian Penjelasan Singkat Mengenai Petrografi Batuan Sedimen Karbonat. Semoga Bisa Menambah Pengetahuan Kita Semua.