Pulau
Lombok memiliki beberapa indikasi sesar permukaan yang dapat ditemukan
dalam penelitian geologi dan pemetaan. Beberapa penelitian menunjukkan
adanya sesar permukaan di beberapa daerah di Pulau Lombok [𝟏], seperti
Plampang, Pulau Ngali, Pulau Rakit, Taman Ayu, dan Lombok Utara.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa Pulau Lombok memiliki sistem sesar yang kompleks dan beragam. Beberapa patahan turun dan sesar naik telah diidentifikasi di beberapa daerah. Patahan turun dan sesar naik ini dapat menyebabkan perubahan bentuk permukaan dan dapat berpotensi menyebabkan gempa bumi.
Namun, penting untuk dicatat bahwa informasi terkait indikasi sesar permukaan di Pulau Lombok lebih lengkap dan terperinci dapat ditemukan dalam publikasi ilmiah yang menyelidiki topik ini secara lebih mendalam.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa Pulau Lombok memiliki sistem sesar yang kompleks dan beragam. Beberapa patahan turun dan sesar naik telah diidentifikasi di beberapa daerah. Patahan turun dan sesar naik ini dapat menyebabkan perubahan bentuk permukaan dan dapat berpotensi menyebabkan gempa bumi.
Namun, penting untuk dicatat bahwa informasi terkait indikasi sesar permukaan di Pulau Lombok lebih lengkap dan terperinci dapat ditemukan dalam publikasi ilmiah yang menyelidiki topik ini secara lebih mendalam.

Gempa
bumi yang pernah terjadi di Lombok pada hari Minggu, tanggal 5 Agustus
2018 silam, pada pukul 18:45:35 WIB. Berdasarkan informasi dari BMKG
pusat gempa bumi berada pada koordinat 8,37° LS dan 116,48° BT, dengan
magnitudo 7.0 Mw (moment magnitude) pada kedalaman 15 km. Sebelumnya,
pada tanggal 29 Juli 2018 terjadi gempa bumi dengan magnitude 6.4 Mw dan
kedalaman 10 km. Gempa bumi susulan dengan magnitudo 6.2 Mw terjadi
pada tanggal 9 Agustus 2018 silam.
Rangkaian
ketiga gempa bumi ini menimbulkan kerusakan berat pada bangunan dan
infrastruktur di Kab. Lombok Utara, Lombok Timur, Lombok Barat dan Kota
Mataram serta menyebabkan 392 korban jiwa (sumber BNPB). Badan Geologi
mengirimkan Tim Tanggap Darurat Gempa Bumi dan Gerakan Tanah ke lokasi
untuk melakukan pemetaan kerusakan geologi.
Selain itu, Badan Geologi memberikan bantuan berupa pemboran air tanah untuk memenuhi ketersediaan air bersih di beberapa lokasi di wilayah terdampak.
Selain itu, Badan Geologi memberikan bantuan berupa pemboran air tanah untuk memenuhi ketersediaan air bersih di beberapa lokasi di wilayah terdampak.
Sesar Naik Lombok Utara
Hasil
analisis Tim Tanggap Darurat Badan Geologi terjadi kerusakan berat
dengan VIII MMI akibat gempa bumi M6.4 terkonsentrasi di Dusun Malempo,
Desa Obel obel; Dusun Ketapang, Desa Madayin di Kecamatan Sambelia dan
Desa Sajang, Kecamatan Sembalun Kab Lombok Timur. Di ketiga lokasi
tersebut ditemukan retakan-retakan tanah yang berarah barat-timur.
Retakan ini yang menyebabkan kerusakan berat pada bangunan yang
dilaluinya.
Gempa bumi M7.0, kerusakan berat dengan VIII MMI terkonsentrasi di Dusun Tampes, Desa Selengan; Dusun Braringan, Desa Kayangan, Kecamatan Kayangan, dan Desa Sambik Bengkol Kecamatan Gangga, Kab. Lombok Utara. Daerah bencana tersebut tersusun oleh endapan Kuarter berupa rombakan gunungapi muda (tuff, breksi gunungapi, lava) yang telah mengalami pelapukan dan endapan aluvial pantai. Karakteristik dari endapan Kuarter cenderung memperbesar guncangan gempa bumi.
Pengamatan lapangan dan pemetaan detil memperlihatkan adanya deformasi di permukaan atau sesar permukaan (surface rupture) dan retakan tanah yang mengakibatkan kerusakan jalan dan bangunan. Sesar permukaan ditemukan di Desa Sambik Bengkol, Kecamatan Gangga; Dusun Beraringan, Desa Kayangan, Kecamatan Kayangan; dan Desa Selengan, Kecamatan Kayangan. Retakan dan sesar permukaan yang ditemukan pada ketiga daerah tersebut secara umum berarah barat – timur.
Menurut analisis Tim Tanggap Darurat Badan Geologi sesar permukaan tersebut yang berarah barat sd timur mengindikasikan dominan gerakan naik (thrust fault) dengan off set vertikal di Desa sambik Bengkol, Kayangan dan Selengan bervasiasi antara 2 cm hingga maksimal 50 cm. Sebaran off set vertikal ini merupakan sesar baru yang teridentifikasi setelah kejadian gempa bumi tanggal 5 Agustus 2018. Tim Tanggap Darurat Badan Geologi menyebut sesar permukaan ini sebagai Sesar Naik Lombok Utara berarah barat – timur yang membentuk suatu zona sesar dengan sebaran utara – selatan. Sesar naik Lombok Utara ini diperkirakan berasosiasi dengan sesar Naik Busur Belakang Flores yang hingga kini diidentifikasi sebarannya di Laut Flores sebelah utara Pulau Lombok, Sumbawa, Flores hingga Wetar. Sesar permukaan ini yang menyebabkan kerusakan parah daerah yang dilaluinya.
Likuifaksi (liquefaction) atau pelulukan tanah yaitu berkurangnya ikatan antar butir tanah jenuh air akibat goncangan gempabumi sehingga lapisan jenuh air tersebut bersifat seperti massa cair. Massa tanah yang mencair ini memancar ke permukaan melalui retakan tanah. Likuifaksi mengakibatkan kerusakan pada segala jenis bangunan yang berada di atasnya. Lokasi likuifaksi tersebar di Kecamatan Gangga, Kayangan dan Bayan. Semua bangunan yang dilalui oleh retakan, rekahan tanah dan likuifaksi semuanya roboh/rusak berat.
Kerusakan bangunan di lokasi bencana diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu: bangunan tersebut dirancang tidak tahan gempa bumi, jarak yang dekat dengan sumber gempa bumi (sesar aktif) sehingga akan mengalami goncangan gempa bumi kuat, dibangun pada endapan rombakan gunungapi muda, endapan aluvial yang jenuh air, proses retakan tanah, pensesaran permukaan dan likuifaksi.
Hingga saat ini, tidak ada peningkatan aktivitas gunungapi di Indonesia termasuk G. Rinjani dan G. Agung yang lokasinya berdekatan dengan pusat gempabumi. Sebelum gempa bumi terjadi status aktivitas G. Rinjani berada pada level II (Waspada) dan G. Agung pada level III (Siaga), dan setelah kejadian status aktivitasnya masih tetap.
Gempa bumi M7.0, kerusakan berat dengan VIII MMI terkonsentrasi di Dusun Tampes, Desa Selengan; Dusun Braringan, Desa Kayangan, Kecamatan Kayangan, dan Desa Sambik Bengkol Kecamatan Gangga, Kab. Lombok Utara. Daerah bencana tersebut tersusun oleh endapan Kuarter berupa rombakan gunungapi muda (tuff, breksi gunungapi, lava) yang telah mengalami pelapukan dan endapan aluvial pantai. Karakteristik dari endapan Kuarter cenderung memperbesar guncangan gempa bumi.
Pengamatan lapangan dan pemetaan detil memperlihatkan adanya deformasi di permukaan atau sesar permukaan (surface rupture) dan retakan tanah yang mengakibatkan kerusakan jalan dan bangunan. Sesar permukaan ditemukan di Desa Sambik Bengkol, Kecamatan Gangga; Dusun Beraringan, Desa Kayangan, Kecamatan Kayangan; dan Desa Selengan, Kecamatan Kayangan. Retakan dan sesar permukaan yang ditemukan pada ketiga daerah tersebut secara umum berarah barat – timur.
Menurut analisis Tim Tanggap Darurat Badan Geologi sesar permukaan tersebut yang berarah barat sd timur mengindikasikan dominan gerakan naik (thrust fault) dengan off set vertikal di Desa sambik Bengkol, Kayangan dan Selengan bervasiasi antara 2 cm hingga maksimal 50 cm. Sebaran off set vertikal ini merupakan sesar baru yang teridentifikasi setelah kejadian gempa bumi tanggal 5 Agustus 2018. Tim Tanggap Darurat Badan Geologi menyebut sesar permukaan ini sebagai Sesar Naik Lombok Utara berarah barat – timur yang membentuk suatu zona sesar dengan sebaran utara – selatan. Sesar naik Lombok Utara ini diperkirakan berasosiasi dengan sesar Naik Busur Belakang Flores yang hingga kini diidentifikasi sebarannya di Laut Flores sebelah utara Pulau Lombok, Sumbawa, Flores hingga Wetar. Sesar permukaan ini yang menyebabkan kerusakan parah daerah yang dilaluinya.
Likuifaksi (liquefaction) atau pelulukan tanah yaitu berkurangnya ikatan antar butir tanah jenuh air akibat goncangan gempabumi sehingga lapisan jenuh air tersebut bersifat seperti massa cair. Massa tanah yang mencair ini memancar ke permukaan melalui retakan tanah. Likuifaksi mengakibatkan kerusakan pada segala jenis bangunan yang berada di atasnya. Lokasi likuifaksi tersebar di Kecamatan Gangga, Kayangan dan Bayan. Semua bangunan yang dilalui oleh retakan, rekahan tanah dan likuifaksi semuanya roboh/rusak berat.
Kerusakan bangunan di lokasi bencana diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu: bangunan tersebut dirancang tidak tahan gempa bumi, jarak yang dekat dengan sumber gempa bumi (sesar aktif) sehingga akan mengalami goncangan gempa bumi kuat, dibangun pada endapan rombakan gunungapi muda, endapan aluvial yang jenuh air, proses retakan tanah, pensesaran permukaan dan likuifaksi.
Hingga saat ini, tidak ada peningkatan aktivitas gunungapi di Indonesia termasuk G. Rinjani dan G. Agung yang lokasinya berdekatan dengan pusat gempabumi. Sebelum gempa bumi terjadi status aktivitas G. Rinjani berada pada level II (Waspada) dan G. Agung pada level III (Siaga), dan setelah kejadian status aktivitasnya masih tetap.
Upaya Mitigasi
Kejadian
gempa bumi belum dapat diperkirakan kapan, dimana, dan berapa besar
magnitudonya. Upaya mitigasi gempa bumi yang dilakukan oleh Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dan Badan Geologi adalah dengan
melakukan penelitian untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi
sumber sumber gempa bumi, kemudian menghitung besarnya guncangan gempa
bumi yang dapat melanda suatu daerah secara probabilistik dalam jangka
waktu tertentu. Besarnya guncangan tersebut dijadikan salah satu acuan
dalam mendesain bangunan di suatu tempat. Potensi bahaya guncangan gempa
bumi di suatu wilayah telah diupayakan mitigasinya melalui produk Badan
Geologi berupa Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gempa Bumi. Peta KRB
Gempa bumi Provinsi NTB diterbitkan pada tahun 2012. Estimasi guncangan
gempa bumi di Kab. Lombok Utara dan Lombok Timur pada VII-VIII MMI yang
disimbolkan dengan warna kuning pada peta.
Gempa bumi 29 Juli 2018 (M6,4), gempa bumi 5 Agustus 2018 (M7,0) dan gempa bumi 9 Agustus (M6.2) mempunyai mekanisme yang sama dan diperkirakan dari zona sumber yang sama. Berdasarkan beberapa penelitian, sumber gempa bumi penyebab gempa bumi Lombok tersebut mempunyai potensi menimbulkan gempa bumi dengan kekuatan maksimum magnituda M7.4. Jika berpegangan pada informasi tersebut, maka kejadian gempa bumi pada sumber yang sama, dengan kekuatan lebih besar M7.0, mempunyai probabilitas / kemungkinan yang kecil.
📚 Sources
1. Analisis Morfotektonik dan Pemetaan Geologi pada Identifikasi ... • https://core.ac.uk/download/pdf/231116771.pdf
- Indikasi Sesar Naik di Plampang, Pulau Sumbawa Berdasarkan ... • https://jurnal.batan.go.id/index.php/eksplorium/article/view/6273
- IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN ... • http://eprints.unram.ac.id/38584/2/Artikel%20Nurfitraningsi_G1B018048.pdf
Gempa bumi 29 Juli 2018 (M6,4), gempa bumi 5 Agustus 2018 (M7,0) dan gempa bumi 9 Agustus (M6.2) mempunyai mekanisme yang sama dan diperkirakan dari zona sumber yang sama. Berdasarkan beberapa penelitian, sumber gempa bumi penyebab gempa bumi Lombok tersebut mempunyai potensi menimbulkan gempa bumi dengan kekuatan maksimum magnituda M7.4. Jika berpegangan pada informasi tersebut, maka kejadian gempa bumi pada sumber yang sama, dengan kekuatan lebih besar M7.0, mempunyai probabilitas / kemungkinan yang kecil.
Rekomendasi Teknis
- Masyarakat agar tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan.
- Masyarakat dihimbau untuk tetap tenang dan mengikuti arahan dari petugas BPBD dan Pemerintah setempat, serta tidak mudah terpancing oleh isu-isu yang tidak bertanggung jawab mengenai kejadian gempa bumi dan tsunami.
- Bangunan vital, strategis dan mengundang konsentrasi banyak orang (perkantoran, ruko, pasar, sekolah, dll) dibangun mengikuti kaidah-kaidah bangunan tahan gempa bumi.
- Agar dihindari membangun pada bagian bawah, tengah dan atas lereng terjal yang telah mengalami pelapukan karena akan berpotensi terjadinya gerakan tanah/longsor yang dipicu oleh gempa bumi.
- Bangunan yang terletak pada zona pergeseran tanah dan retakan tanah dalam dimensi besar dan panjang agar digeser sekitar 20 meter dari retakan utama, yaitu di Desa Sambik Bengkol, Kecamatan Gangga; Dusun Beraringan, Desa Kayangan Kecamatan Kayangan; dan Desa Selengan Kecamatan Kayangan.
- Bangunan yang terletak pada zona likuifaksi dapat dibangun kembali dengan menerapkan kaidah bangunan tahan gempa bumi.
- Sosialisasi, simulasi, dan pelatihan penanggulangan bencana gempa bumi dan tsunami di Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Timur sebaiknya dilaksanakan secara reguler.
- Agar Pemerintah Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Timur segera merevisi RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) berdasarkan peta kawasan rawan bencana geologi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencakup bencana gempa bumi, tsunami, gunungapi dan gerakan tanah.
- Agar Pemerintah Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Timur memasukkan materi kebencanaan geologi (letusan gunungapi, gempa bumi, tsunami, dan gerakan tanah) ke dalam kurikulum pendidikan.
Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian ESDM
📚 Sources
1. Analisis Morfotektonik dan Pemetaan Geologi pada Identifikasi ... • https://core.ac.uk/download/pdf/231116771.pdf
- Indikasi Sesar Naik di Plampang, Pulau Sumbawa Berdasarkan ... • https://jurnal.batan.go.id/index.php/eksplorium/article/view/6273
- IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN ... • http://eprints.unram.ac.id/38584/2/Artikel%20Nurfitraningsi_G1B018048.pdf
Semoga bermanfaat. Terima kasih
Instal Revit 2023 full version, Tekla 2023 full version, Geo Studio 2023 full version, SAP
2000 v22, Hecras, Ribasim, Software pemetaan mineral dan tambang
(pemetaan Geologi 3D) : Leapfrog Geo 5.1, GeoScene3D, MICROMINE 11.0,
dll
2000 v22, Hecras, Ribasim, Software pemetaan mineral dan tambang
(pemetaan Geologi 3D) : Leapfrog Geo 5.1, GeoScene3D, MICROMINE 11.0,
dll
Jasa Cloning software dan Multipe OS Portable support MBR dan GPT Partisi
Software Cloning and Portable Operating System Windows 11 ver.22H2 (Live OS Windows 11 Portable),
Hubungi : +6282231036047
Terima Kasih
Penutup
Sekian Penjelasan Singkat Mengenai Indikasi Sesar Permukaan (Surface Rupture). Semoga Bisa Menambah Pengetahuan Kita Semua.