Skala Richter (SR) vs Magnitudo
Meskipun sering dianggap sama, kedua istilah ini memiliki perbedaan dalam mengukur kekuatan gempa bumi.
-
Skala Richter (SR):
- Pendekatan Awal: Merupakan skala pertama yang digunakan untuk mengukur kekuatan gempa bumi.
- Berdasarkan Amplitudo: Mengukur kekuatan gempa berdasarkan amplitudo (simpangan terjauh) gelombang seismik yang terekam pada seismograf.
- Keterbatasan: Hanya efektif untuk mengukur gempa bumi dengan skala kecil hingga menengah. Untuk gempa bumi besar, skala Richter kurang akurat dalam menggambarkan energi yang dilepaskan.
- Tidak Lagi Digunakan: Sejak tahun 2008, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia tidak lagi menggunakan skala Richter dalam laporan gempa bumi.
-
Magnitudo:
- Pendekatan Modern: Merupakan skala yang lebih akurat dan komprehensif dalam mengukur kekuatan gempa bumi.
- Berdasarkan Energi: Mengukur energi total yang dilepaskan oleh gempa bumi.
- Jenis-Jenis Magnitudo: Ada beberapa jenis magnitudo, seperti magnitudo lokal (ML), magnitudo gelombang permukaan (Ms), dan magnitudo momen (Mw). Magnitudo momen (Mw) adalah yang paling sering digunakan karena memberikan estimasi energi yang lebih akurat, terutama untuk gempa bumi besar.
- Lebih Akurat: Skala magnitudo dapat mengukur gempa bumi dengan berbagai skala, dari yang kecil hingga yang sangat besar.
Perbedaan Utama:
Fitur | Skala Richter (SR) | Magnitudo |
---|---|---|
Dasar | Amplitudo gelombang seismik | Energi total yang dilepaskan |
Akurasi | Kurang akurat untuk gempa besar | Lebih akurat, terutama untuk gempa besar |
Penggunaan | Dulu sering digunakan, kini sudah jarang | Saat ini menjadi standar dalam pengukuran kekuatan gempa bumi |
Jenis | Hanya satu jenis | Beberapa jenis, seperti ML, Ms, Mw |
Kondisi Geologi Pulau Buru
Kondisi Geologi Pulau Halmahera
Fisiografi
a. Mendala Fisiografi Halmahera Timur
Mendala Halmahera Timur meliputi lengan timur laut, lengan tenggara, dan beberapa pulau kecil di sebelah timur Pulau Halmahera. Morfologi mendala ini terdiri dari pegunungan berlereng terjal dan torehan sungai yang dalam, serta sebagian mempunyai morfologikarst. Morfologi pegunungan berlereng terjal merupakan cerminan batuan keras. Jenis batuan penyusun pegunungan ini adalah batuan ultrabasa. Morfologi karst terdapat pada daerah batugamping dengan perbukitan yang relatif rendah dan lereng yang landai.
b. Mendala fisiografi Halmahera Barat
Mendala Halmahera Barat bagian utara dan lengan selatan Halmahera. Morfologi mendala berupa perbukitan yang tersusun atas batuan sedimen, pada batugamping berumur Neogen dan morfologikarst dan dibeberapa tempat terdapat morfologi kasar yang merupakan cerminan batuan gunung api berumur Oligosen .
Stratigrafi
Pulau Halmahera terletak di antara pulau Sulawesi dan Papua, pada pusat lempeng mikro yang sangat rumit dan berada pada batas pertemuan tiga lempeng (Australasia, Eurasia, dan Pasifik). Halmahera memiliki sejarah tektonik yang mirip dengan Sulawesi, terlihat dari bentuknya yang menyerupai huruf “K”. Geologi lengan timur dan barat Halmahera sangat berbeda bukan hanya secara tektonik tetapi juga evolusi formasi geologinya telah menghasilkan jalur yang sangat berbeda. Lengan timur Halmahera memiliki batuan ultrabasa sebagai batuan dasar dan batuan sedimen di atasnya dari Formasi Dodoga dan Formasi Dorosagu yang berumur Eosen. Setelah ada jeda waktu sedimentasi sejak Eosen Akhir hingga Oligosen Awal, terjadi aktivitas vulkanik yang menghasilkan material vulkanik. Sementara itu terbentuk batuan sedimen dan batuan karbonat. Selama Kala Kuarter Halmahera Timur mengalami pengangkatan dan erosi. Laut Maluku di sebelah Barat Halmahera merupakan zona tumbukan antara busur vulkanik Sangihe dan Halmahera. Tunjaman ke arah Timur dari lempeng samudra Maluku di bawah lempeng laut Halmahera dan Filipina sejak Paleogen telah menghasilkan empat busur vulkanik di lengan Barat Halmahera, yaitu: Formasi Bacan (? Paleogen), Formasi Gosowong (? Miosen Akhir), Formasi Kayasa (Pliosen) dan Formasi Vulkanik Kuarter yang masih aktif hingga saat ini (Gambar 2.1). Formasi-formasi ini dipisahkan oleh ketidak selarasan menyudut yang memiliki jeda waktu yang cukup panjang (Marjoribanks, 1997, dalam Richard dan Priyono, 2004).
Bukti geologi menunjukkan bahwa umur yang tertua (5,6Ma atau Miosen Akhir) seharusnya digunakan sebagai umur minimum dari Formasi Gosowong (Majoribanks,1998, dalam Olberg dkk, 1999). Formasi Gosowong tertutup secara tidak selaras oleh batuan vulkanik dari Formasi Kayasa.
Formasi Kayasa didominasi oleh lava dan breksi. Lava ini berkomposisi basaltik sampai andesitik, berwarna abu-abu gelap sampai kehitaman; mineral gelapnya sebagian besar piroksen, bertekstur porfiritik dengan feldspar sebagai fenokris. Breksi formasi ini memiliki komponen andesitik dan basaltik, dengan warna abu-abu terang sampai abuabu gelap; bertekstur afanitik sampai faneritik, matriks pasir halus sampai sedang, tidak terpilah dengan baik, sebagian umumnya terkloritisasi. Formasi ini deperkirakan berumur Pliosen.
Penutup
Sekian Penjelasan Singkat Mengenai Skala Richter (SR) dengan Magnitudo. Semoga Bisa Menambah Pengetahuan Kita Semua.