Search Suggest

BENDUNG DAN BENDUNGAN

Baca Juga:


A.  BENDUNG



1.     
PENGERTIAN



Bendung(weir)
adalah sebuah bangunan ambang yang ditempatkan melintang diatas palung sungai,
dengan tujuan untuk meninggikan muka air sedemikian rupa, sehingga memungkinkan
untuk penyadapan (pengambilan air = intake) guna di menfaatkan untuk berbagai
macam tujuan.



Adapaun air yang ditampung tersebut dapat
digunakan untuk keperluan melayani beban puncak harian bagi pembangkit tenaga
listrik. Manfaat lainya dapat untuk digunakan untuk irigasi pertanian, wisata dan pelayaran sungai.

 



2.     
KLASIFIKASI
BENDUNG



Bendung dapat di klasifikasi berdasarkan
pertimbangan untuk keperluan perencanaan keperluan perencanaan teknis
(engineering design) sebagai berikut:



Namun demikian dalam naskah ini akan
diuraikan dalam garis besarnya saja:



a.     
Bendung
sementara



Sesuai dengan istilahnya yaitu bendung
sementara, maka bahan dari badan bendung dibuat dari tumpukan batu, bronjong
(gabion),bronjong dilapis beton tumbuk (matras),kayu,konstruksi kayu diisi
batuan,bamboo dan sebagainya.



b.    
Bendung
tetap (permanen)



Bendung tetap sesuai dengan istilahnya dibuat
dari pasangan batu atau dari beton,berarti strukturnya permanen.

 



3.     
BACKWATER



Dengan adanya pembendungan dipalung
sungai, mengakibatkan muka air sungai menjadi naik. Kenaikan muka air sungai,
apabila terjadi banjir-banjir.



Kemungkinan air sungai akan meluap
kesamping kiri dan kanan sungai dan dapat menggenangi sekitarnya. Kenaikan air
di hulu bendung dengan jarak tertentu disebutbackwater.



 



4.      BENDUNG GERAK



Sesuai dengan istilah yaitu “bendung
gerak” berarti struktur badan bendungyang menahan air dapat digerakan naik dan
turun sesuai dengan fungsi bendung tersebut.



Dengan kata lain bendung gerakdibangun
karena untuk membangun bendung tetap mengandung resiko yang besar terhadap
kemungkinan banjir.

 



B. BENDUNGAN (DAM)



         1. PENGERTIAN.



          Bendungan
(dam) adalah sebuah ambang besar yang melintang di palung sungai dan berfungsi
untuk menyimpan air pada masa – masa surpus air, kemudian tampungan air
tersebut pengeluaranny di atur untuk berbagai macam tujuan.



Seperti
tujuan eka guna (single purpose) yang berarti satu tujuan saja, misalnya untuk
keperluan irigasi saja, atau untuk keperluan tenaga air saja. Serba guna
(multipurpose) berarti lebih dari satu tujuan yaitu untuk keperluan
pengendalian banjir, pengendalian sendimen, irigasi, tenaga air, air minum, air
untuk industry dll. Sesuai dengan kesepakatan dari Internasional Congress on
Large Dams (ICLD).



 



2. KLASIFIKASI BENDUNGAN.



         Bendungan dapat di klasifikasi dalam
berbagqai jenis kategori tergantung daripada tujuan dan sudut manakah
klasifikasi itu di pandang.

Tiga klasifikasi dipandang dari sudut :



a.          
Menurut kegunaannya.



b.          
Menurut perancangan
hidraulis.



c.          
Menurut material (bahan)
yang dipakai.



a.     
Klasifikasi
Menurut kegunaanya.



Bendungan dapat diklasifikasi menurut
luasnya fungsi yang direncanakan, seperti : penampung air, pengelak atau
pelimpah air dan sebagai penahan air. Penyempurnaan klasifikasi itu dapat juga
di laksanakan dengan menentukan/memecahkan fungsi-fungsi yang bersifat khusus.



1)    
Bendungan
Penampung Air.



Dipergunakan pada masa- masa surplus yang
nantinya akan di pergunakan dalam masa-masa kekurangan air. Selanjutnya
bendungan – bendungan penampung air itu juga dapat juga di klasifir menuirut
tujuan., misqalnya : sebagai penampung air (persediaan air), sebagai tempat
rekreasi, perikanan, perburuaan (wildlife) dan sebagainya.



Tujuan khusus dan tujuan lainya sering
sangat mempengaruhi terhadap rencana pembangunan bendungannya.



2)    
Bendungan
Pembelokan (Diversion Dam).



Untuk meninggikan muka air, maka dibangun
sebuah bendungan. Untuk keperluan mengaliri air melalalui saluran-saluran,
kanal-kanal ataupun dengan sistim-sistim aliran lain menuju ke tempat
tempat yang memerlukanya. Bendungan-bendungan ini dipergunakan sebagai
pengembangan irigasi, dan sebagai pembelokan dari arus sungai melalui terusan
terusan kemudian disebar untuk memenuhi kebutuhan air minum, untuk industry,
ataupun kombinasi dari kedua maksud tadi.



3)    
Bendungan
Penahan (Detension Dam)
.



Dibuat untuk memperlambat serta
mengusahakan seminimal mungkin terhadap efek aliran banjir yang mendadak.



b.    
Klasifikasi
Perencanaan Hidrolis



Bendungan-bendungan dapat diklasifikasi
sebagai bendungan-bendungan over-flow dan non over-flow. Bendungan-bendungan
over-flow (pelimpah) dimaksudkan untuk mengalirkan air melalui puncak
(crest)-nya. Bendungan-bendungan yang semacam ini haruslah dibuat dari
bahan-bahan yang tak dapat terkikis oleh pelimpahan air, seperti beton, masonry
(pasangan batu), baja.



c.     
Klasifikasi
Material



Klasifikasi ini biasanya dipakai untuk
tujuan-tujuan diskusi prosedur-prosedur perencanaan, selain berdasarkan atas
bahan yang diperlukan, tetapi juga meliputi konstruksinya. Selain itu
klasifikasi ini biasanya juga mengakui terhadap perencanaan type basis semacam
itu, misalnya bendungan lengkung beton (concrete gravity-dam) maupun bendungan
lengkung beton (concrete arch-dam).



1.     
Bendungan
Urugan Tanah



Bendungan tanah ini adalah model bendungan
yang paling umum, terutama disebabkan karena konstruksinya, termasuk juga
pemakaian material yang biasa serta tidak banyak memerlukan pengolahan.



2.     
Bendungan
Urugan Batu (Rock-Fill Dam)



Bendungan rockfill ini selain
mempergunakan batu dari segala macam bentuk/ukuran memberikan stabilitas, tapi
juga memakai sebuah membrane (selaput semacam kulit) atau inti kedap air (core)
yang tak akan dapat dipengaruhi oleh rembesan air. Membrane ini hendaklah
sebuah dan menghadap up-stream serta yang tidak terpengaruh oleh lempung atau
tanah : a.l. beton, atau concrete slab,trotoir, beton aspal, plat-plat baja maupun
usaha-usaha lain yang sejenis.



3.     
Bendungan
Gaya Berat Beton  (Concrete Gravity Dam).



Gaya berat beton bendungan harus
disesuaikan dengan lapangannya, dimana tempat itu terdapat pondasi batuna yang
cukup baik, meskipun bangunan-bangunan rendah dapat didirakan di atas pondasi
alluvial, namun haruslah dilengkapi dengan cut-off yang memadai.



4.     
Bendungan
Lengkung Beton (Concrete Arch Dam)



Bendungan lengkung beton dapat disesuaikan
dengan lapangannya, dimana dengan lebar yang tepat diantara batas ketinggian
adalah tidak besar; serta batas-batas pondasinya terdiri dari batu keras dan
batu keras ini akan mampu menahan dorongan dari lengkungnya, karena tekanan air
di waduk.



5.     
Bendungan
Galangan Beton (Concrete Butterss Dam)



Bendungan 
yang terdiri dari galangan beton meliputi deck yang datar serta
struktur-struktur lengkung ganda. Bendungan-bendungan ini memerlukan beton
kira-kira kurang dari 60% dari pada beton yang dipakai untuk
bendungan-bendungan gravitasi, tetapi bila diperhitungkan dengan meningkatnya
biaya untuk membentuk serta mengecor baja, akan memadai (optimasi) biaya seperti halnya
bila dibangun dengan memakai gravity type.

6.    Bendungan Membran Beton metode CRFD (Concrete Faced Construction Method) Concrete-faced rockfill dam



Bendungan Urugan Batu Membran Beton, dengan lapisan beton kedap
air di bagian hulu 



7.     
Tipe
yang lain



Selain dari pada type-type yang telah
disebutkan di atas, masih banyak juga dibuat type-type lain, tetapi didalam
banyak hal type ini mempunyai kebutuhan local yang tidak sama, atau karena
berdasarkan percobaan-percobaan sesuai dengan alamnya. Dalam beberapa contoh,
struktur baja telah dipergunakan baik untuk deck ataupun untuk kerangka
pembantu pada bendungan ini.



 

C. DESAIN KRITERIA BENDUNGAN TIPE URUGAN. 

Berikut disajikan garis – garis besar
desain kriteria (design criteria) bagi perencanaan teknis bendungan tipe urugan
(fill type embankment dam) sebagai berikut :


a.     
Klasifikasi
Tipe Bendungan.



Telah di uraikan di muka bahwa klasifikasi
bendungan tipe urugan terdiri atas : Bendungan urugan tanah (earthfill dam) dan
Bendungan urugan batu (rockfill dam)



b.    
Pemilihan
Tipe Bendungan.



Pemiliha tipe bendungan urugan harus
ditinjau dari beberapa factor, yaitu: tinggi bendungan, kualitas dan kuantitas
bahan yang tersedia dilokasi, kondisi topografi dan geologi, calon lokasi dam
berikut calon genangan (waduk), meteorology, hidrologi, exploitasi waduk,
metode pelaksanaan dan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan.



c.     
Bahan
(Material) Tanah.



Bahan tanah untuk dam yang  akan digunakan memenuhui persyaratan yaitu
kedap air. Karena itu koefisien permeabilitas (coefficient of permeability) dan kekuatan = tegangan geser (shear strength) setelah ditekan harus
kecil, mudah dipadatkan dan tidak mengandung bahan-bahan organik.



d.    
Bahan
Batuan.



Bahan batuan harus baik (sound), dan awet
dan harus memiliki tegangan geser yang tinggi. Menurut pengalaman pembangunan
dam di dunia bahan batuan yang baik adalah: granit, basalt, andesit, batu pasir
dari premesozoic, batu kapur (lime stone) yang tua, batuan quartzise.



e.     
Bahan
Kedap Air



Bahan kedap air untuk lapisan (selimut)
permukaan dinding bendungan umumnya digunakan aspal beton (asphalt concrete)
dan plat beton bertulang (reinforced concrete slabs. Untuk lapisan permukaan
dinding bendungan yang menggunakan aspal beton, bahan aspal merujuk pada JIS
K2207-1960, dan ternyata hingga saat ini dapat diandalkan kualitasnya. Untuk
material beton seyogyanya menggunakan manual dan Bereau of Reclamation  Cocrete Manual, atau merujuk pada spewsifikasi
beton yang dikeluarkan oleh the Japan Society of Civil Engineers.



f.      
Pondasi



Pondasi dari calon bendungan harus
didesain setepat tepatnya (appropriately designed) yang sangat erat hubungannya
dengan; tinggi bendungan gaya-gaya yang bekerja. Jenis tanah pondasi (batuan,
tanah, kerikil atau pasir).



g.     
Desain
Badan Bendungan.



Desain badan bendungan akan mencakup
hal-hal sebagai berikut:



1)     Lereng
bendungan



2)     Lebar
puncak



3)     Chamber
(Jagaan Puncak Dam)



4)     Kemiringan
sebelah hilir



5)     Kemiringan
Lereng Sebelah Hulu



6)     Perlindungan
Lereng



7)     Kontak
Dam dengan Struktur lain

 



D. BENDUNGAN
TIPE HOMOGEN



Harus dilengkapi
dengan konstruksi drainase yang dimaksudkan untuk melindungi garis preatik agar
tidak mencapai bagian hilir.



E. BENDUNGAN
TIPE ZONE



Zone-zone urugan
dapat dikategorikan sebagai berikut:



-       
Zone kedap air



-       
Zone semi kedap air



-       
Zone lolos air



-       
Zone random



F. BENDUNGAN
TIPE SELIMUT KEDAP AIR



Konstruksi selimut
kedap air didesain harus kedap air. Selimut tersebut hanya dibuat apabila
lokasi sama sekali tidak tersedia bahan tanah liat yang memenuhi syarat teknis.
Ketebalan selimut dari aspal beton antara 20 cm hingga 40 cm. ketebalan selimut
dari beton bertulang anatara 30 cm hingga 60 cm. hal ini tergantung pada tinggi
bendungan.



G.    KEAMANAN
BENDUNGAN (SAFETY OF DAM)



Badang bendungan
dan pondasi harus aman terhadap kegagalan longsoran, uyang meliputi kondisi-kondisi
sebagai berikut:



a.      Rembesan
harus mantap dalam kondisi waduk terisi penuh



b.      Pada
akhir pelaksanaan pekerjaan bendungan dalam kondisi adanya sisa tekanan pori



c.      Kondisi
muka air tinggi dan muka air rendah dalam waduk rembesan harus mantap



d.      Pada
kondisi muka air waduk turun dengan cepat fluktuasi mukan air waduk cukup besar
masih ada sisa tekanan pori



e.      Kondisi
pada pengisian waduk maupun kondisi pada saat operasi waduk



H. PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN BENDUNGAN



Menyiapkan
perancangan pekerjaan pembangunan yang mantap agar kemajuan pekerjaan sesuai
dengan jadwal pelaksanaan. Hal ini harus diperhatikan hal-hal berikut :



-       
Kondisi lapangan



-       
Meterelogi



-       
Kondisi run-off hidrologi



-       
Besarnya volume proyek



-       
Tersedianya bahan



-       
Jenis pekerjaan yang
sulit



-       
Kemampuan kontraktor



-       
Kemampuan supervise
pekerjaan



-       
Syarat-syarat yang
ditentukan dalam desain



I. PEKERJAAN
PERSIAPAN



Pekerjaan
persiapan harus betul-betul siap untuk melaksanakan pembangunan bendungan.
Pekerjaan meliputi : Fasilitas konstruksi, Jalan untuk pelaksanaan pekerjaan, Pembebasan
tanah dan pemukiman kembali, Masalah lingkunagn



J. PERALATAN
KONSTRUKSI



Peralatan
konstruksi harus diseleksi agar memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
desain. Umumnya persyaratan tersebut meliputi: Tipe peralatan, Kemampuan
peralatan, Jumlah peralatan



K. PEKERJAAN
PONDASI



Metode penggalian
dan metode perbaikan pondasi harus dilaksanakan sesuai jadwal pelaksanaan
dimana harus diperhatikan tentang topografi dan kondisi geologi yang semua itu
harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam desain.



L. BAHAN-BAHAN
DAN URUGAN



a.      Bahan
tanah



Bahan tanah yang diambil dari tempat
pengambilan serta cara pengangkutannya harus diperhatikan kondisi lapangan
sehingga kualitas bahan sesuai serta disesuaikan dengan schedule pelaksanaan
urugan dan pemadatan bendungan.



b.      Urugan
(timbunan)



Urugan tanah, batuan, pasir dan kerikil
harus dikerjakan sesuai dengan metode pelaksanaan yang cocok agar memenuhi
persyaratan nilai desain



M. PEMERIKSAAN
KUALITAS (QUALITY CONTROL)



Disinilah peranan
konsultan supervise yang menjadi sangat penting, karena tugasnya tidak hanya
supervise, tetapi juga memonitor, mengevaluasi dan peloporan hasil pemeriksaan.



N. FASILITAS
KONTROL (CONTROL FASILITIES)



Berupa alat
observasi dan instrument pengukuran dam dan pondasi harus dipasang selama
pelaksanaan pekerjaan guna keperluan monitoring dan pemeliharaan dam.



L.   
O. BANGUNAN
JALAN KELUAR (OUTLET WORKS)



Bending tipe lapisan
selimut haruas dilengkapi dengan jalan ke luar masuk untuk keperluan inspeksi
dari dalam tubuh bendungan maupun keperluan pemeliharaan membrane.
      



4. DESAIN KRITERIA BENDUNGAN TIPE
BETON (BENDUNGAN GAYA BERAT BETON DAN GALANGAN BETON).



Pada naskah ini
disajikan dasar-dasar criteria desain (design dams) untuk bendungan gaya berat
beton (concrete gravity dams) dan bendungan galangan beton (butters dam).Desain
kriteria ini juga berlaku untuk bendungan gaya berat beton berongga (hollow
gravity dams).



a. Persyaratan Dasar
untuk Desain.



b. Perhitungan Desain
dan Model Test Tubuh Bendungan.



c. Perbaikan Pondasi dan
Kontrol Suhu pada Beton



d. Sambungan Pengerutan
dan Penahan Air



e. Fasilitas dan Saluran
Pengeluaran.



5. DESAIN KRITERIA BENDUNGAN BUSUR (ARCH DAMS)



     Berikut disajikan desain kriteria untuk
bendungan tipe busur (arch dams)



a.    
Konstanta
fisik dari beton



Konstanta fisik (physical constants) dari beton harus ditetapkan dari hasil uji
percobaan laboratorium bahan dan uji coba perbandingan campuran yang akan
digunakan untuk pembetonan.konstanta



b.    
Kokoh
beton (strength of concrete)



Kokoh beton dan umurnya harus
mengikuti standar yang berlaku secara internasional. Persyaratan kokoh beton
sama seperti untuk bendungan tipe gaya berat beton. Pada bendungan busur nilai
uji kokoh beton sangat tergantung pada keadaan (state) dari kombinasi gaya-gaya yang bekerja.



c.     
Modulus
elastisitas dan kekuatan batuan dasar.



Modulus elastisitas atau modulus
deformasi dan kekuatan batuan dasar dibawa bendungan harus ditentukan oleh
hasil uji coba kekuatan batu di lapangan (in-situ-tests).



d.     
Factor
keamanan dasar batuan



Faktor keamanan untuk bendungan tipe
busur sama dengan yang digunakan pada bendungan tipegaya berat beton.demikian
pula metode analisa tentang pertahanan geser (the shear friction restitance) antara tubuh bendungan dengan dasar
batuan (baik atau lemah sama dengan bendungan type gravity.



e.     
Gaya-gaya
yang harus diperhitungkan



Gaya-gaya yang bekerja pada bendungan
busur untuk keperluan desain yang harus diperhitungkanadalah sebagai berikut : Tekanan
hidrostatis, Gaya akibat temperature, Berat tubuh bendungan tekanan ke atas, Tekanan
sedimentasi, Gaya seismik terhadap tubuh bendungan, Gaya hidrodinamik akibat
gempa bumi, Gaya pengaruh es (kalua ada), Gaya kecepatan angina.



f.     
Raut
muka bendungan



1)     Konfigurasi
bendungan



Konfigurasi raut muka bendungan
ditentukan sedemikian rupa. Sehingga stabilitas tubuh bendungan dan pondasi
terjamin terhadap bentuk jurang (canyon), terhadap alamiah batuan dasar dan
melimpasnya banjir-banjir melalui peluap.



2)     Perbaikan
dasar batuan pondasi.



Demi terjaminya keamanan tubuh
bendungan dengan segala perlengkapanya, apabila dianggap perlu harus diadakan
perbaikan dasar batuan pondasi.



g.    
Struktur
tambahan pada abutmen



Guna melindungi kerusakan pada
abutment demi keamanan kadang-kadang diperlukan struktur tambahan pada
abutment.



h.    
Sambungan
(Joint)



Guna
melindungi terhadap bahaya retak-retak pada struktur massa beton, maka harus
dilengkapi dengan struktur sambungan pengerutan (conctractin joints).



i.      
Analisa
tegangan



Analisa
tegangan tubuh huljgt7ftydtrgfvuyhjiugvytghvyuuhubi diperhitungkan dengan suatu
metode, sehingga memudahkan untuk mengadakan evaluasi terhadap kondisi aktual
tegangan yang terjadi pada bendungan.



j.     
Tegangan
akibat berat mati tubuh bendungan



Perhitungan
tegangan akibat berat mati (dead weight) tubuh
bendungan tergantung daripada pertimbangan sebagai berikut : raut muka bendungan
dan urut-urutan pelaksanaan pekerjaan. Asumsi pelaksanaan pekerjaan dapat
ditinjau dari seluruh tubuh bendungan, dilaksanakan silmutan berdasarkan metode
cantilever atau dengan asumsi pelaksanaan pekerjaan tiap-tiap cantilever dari
bagian tubuh bendungan yang dimungkinkan terjadi pemindahan.



k.    
Analisa
tegangan dan perhitungan struktur bangunan tambahan pada abutment.



Analisa
tegangan dan perhitungan struktur bangunan tambahan pada abutment harus
dikrerjakan..



Apabiala
pekerjan desain kurang meyakinkan maka harus ditunjang melalui test.



l.      
Analisa
tegangan pada bendungan sebagai spill viay, outlet dan serambi.



Analisa
tegangan pada bendungan sebagaispillway outlet dan serambi harus di Analisa
melalui model test. Hal ini sangat penting apabila spillway tersebut harus
dilengkapi dengan kolam pemecah energy (energy
dissipatorbasin)
atau tidak.



m.  
Model
test.



Model
test hanya dilaksanakan apabila designer merasa ragu-ragu atas hasil
perhitungan, atau juga untuk meyakinkan pekerjaan desain apabila struktur
bendunganya cukup besar dan kondisi geologinya kurang dapat dipercepat daya
dukungnya.



n.    
Fasilitas
inspeksi dan pengukuran



-       
Fasilitas inspeksi dan pengukuran harus
diadakan seperti pada bendungan tipe grafiti.



-       
Instrument pengukuran juga harus diadakan
seperti pada tipe bendungan graffiti

 



 6. PELUAP (SPILLWAY)



a. Fungsi Peluap



Bendungan tipe apapun harus dilengkapi dengan
fasilitas peluap (spillway) yang berfungsi melepaskan debit banjir. Peluap pada
umunya terdiri dari bangunan pengatur debit banjir, saluran pengangkut aliran
banjir dan bangunan pemecah energy ( Energy dissipator).



b. Struktur pengatur peluap



1. Bentuk dan kedalaman jalan masuk saluran.



Jalan
masuk saluran harus didesain agar kecepatan aliran lambat dan seragam serta
kedalaman yang cukup. Kecepatan aliran tidak boleh mengganggu pengaliran debit
yang pada saat-saat tertentu naik mendadak yang dapat menimbulkan hantaman
gelombang besar pusaran dan lain-lain yang dapat mengakibatkan berkurangnya
kapasitas peluap atau kerusakan struktur.



2. Bentuk Luapan (Shape of Overflow)



Bentuk
luapan dan koefisien pengaliran harus ditentukan melalui uji coba melalui uji
coba melalui model test di laboratorium. Dikecualikan apabila karakteristiknya
sam dengan sejumlah spillway yang sudah dibangun lama dan terbukti aman.



c. Tekanan Negatif pada
Bnetuk Luapan.



Bentuk luapan harus didesain sedemikian rupa untuk
mencegah kemungkinan terjadinya tekanan negative yang menyebabkan kavitasi
(cavitation) maupun bahaya getaran (dangerous vibration).



d. Bnetuk dan Koefisien
Debit pada Peluap Tipe Mulut (orifice type)



Bnetuk dan koefisien debit pada peluap harus didesain
melalui uji coba model test di laboratorium. Dikecualikan apabila
karakteristiknya sama dengan sejunlah struktur yang sudah dibangun lam adan
terbukti aman. Hal yang serupa bagi bentuk dan koefisien debit bagi si tipe
sifon (syphon).



e. Jagaan diatas Mercu Peluap.



Mercu peluap harus diberikan jagaan (vertical
clearance) minimal 1,5 m diatas muka air tinggi di waduk. Dalam kriteria ini
guna menentukan dimensi corong, apabila ratio diameter aksial (sumbu) dengan
bagian yang sempit sekitar 1,5 kalinya.



f. Lengkungan Mulut dan
Saluran Pembawa.



1) Lengkungan Mulut.



Lengkungan mulut (curvature of orifice) harus didesain
sedemikian rupa agar tidak menimbulkan terjadinya hantaman oleh gelombang air
(shock wahes), demikian pula lengkungan pada corong harus didesain untuk tidaak
menimbulkan cerai berainya (separation of flow) pengaliran pada dasar corong.



2) Kondisi Pengaliran
pada Terowongan.



Kondisi pengaliran pada terowongan pada dasarnya
menampung pengaliran bebas. Pada bagian-bagian terowongan yang kemungkinan terjadinya
bahaya kavitasi maka pada bagian tersebut harus diberi perkuatan khusus. Bentuk
terowongan harus berupa lingkaran.



3) Bangunan Pengeluaran.



Bangunan pengeluaran harus didesain berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : Kondisi topografi, Tipe bendungan, Tekanan
air, Peralatan pengaturan debit, Debit luar biasa dan, Masalah pemeliharaan dan
inspeksi.



4) Bangunan Pemecah
Energy



Tipe
Bangunan pemecah energy harus diseleksi berdasarkan : kondisi topografi,
kondisi geologi, kondisi hidrologi, kondisi meterologi dan pengaruh lingkungan.
Bangunan pemecah energy (the energy dissipator) dapat diklifasikan dalam tiga
tipe yaitu : Tipe loncatan,Tipe loncatan ski dan Tipe terjun bebas.



g. Pintu Air Di Puncak Bendungan (Crest Gate).



1) Seleksi Tipe Pintu Air



2) Tenaga Listrik yang
Handal.



h. Pintu tekanan dan
Katup (Valve)



1) Pemilihan Tipe Pintu
Tekanan dan Katup.



Pemilhan
tipe pintu tekanan dan katup untuk saluran pipa pembuangan harus
dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut : debit, tekanan, tipe bendungan, raut
saluran pipa dan cara pemeliharaan serta pengawasan.



2) Serep Pintu dan Katup



Apabila
bendungan dilengkapi dengan pintu dan katup, maka serep-serep tersebut harus
diadakan.



h. Studi Model (Model Study)



1) Aplikasi, Studi Model.



Apabila
metode perhitungan dengan menggunakan rumus-rumus hidraulik kurang meyakinkan,
maka cara mendesain peluap (spillway) harus diuji melalui aplikasi (percobaan)
studi model di laboratorium. Dari hasil laporan studi model tersebut digunakan
untuk menyempurnakan pekerjaan desain.



2) Motode test Model
(Model Test)



Terkaitnya
dengan pekerjaan desain, maka harus dibuat suatu prototip (prototype) sebagai
standard model test. Model test tersebut harus secara lengkap mencakup bagian
hulu dan hilir struktur serta peralatan pengukuran yang benar-benar akurat
(teliti).



Hal-hal
yang penting kecuali diteliti tentang pengaliran hidraulik juga mendapatkan
nilai Freude serta model geometriknya.



3) Penyesuaian dengan
Hasil Test



Hasil
test yang telah dilakukan melalui model tersebut dijadikan acuan untuk
menyelesaikan pekerjaan desain sekaligus menyempurkan terutama yang menyangkut
sifat-sifat fisik, kemungkinan adanya perbedaan antara kondisi lapangan dengan
model serta ketelitian pengamatan. Terutama pengamatan yang menyangkut
perubahan pada sungai, sedimental, penggerusan dan pengaliran sehingga
dikatakan sebelum dan sesudahnya dibangunannya suatu struktur peluap.   

Pola kerusakan bendungan yaitu pola geser, pola guling dan menurunnya daya dukung tanah pada pondasi tapak akibat rembesan air

a. Ada banyak faktor-faktor penyebab kerusakan bendungan, antara lain :
    - Keruntuhan/kerusakan bantuan pondasi 40%
    - Pelimpah kurang/tidak memadahi 23%
    - Kualitas konstruksi 12%
    - Amblesan yang tidak merata 10%
    - Tekanan air pori berlebihan 5%
    - longsoran 2%
    - kualitas material 2%
    - Kesalahan operasional 2%
    - Perang, gempa bumi, dan faktor lain-lain 2%

b. Apabila bendungan mengalami kehancuran atau kerusakan maka semua itu akan berdampak pada bagian hilir. salah satunya akan terjadi banjir yang membawa banyak sedimen yang dapat mengganggu sirkulasi air dari hulu ke hilir dan dapat merusak setiap bangunan dihilir yang tidak dapat menahan kapasitas air dan sedimen yang sangat besar dari hulu.  

Longsor karena hujan bisa terjadi karena?

  • Turunnya matric suction pada lereng karena pengaruh infiltrasi air hujan. matric suction turun, maka unsaturated soil strength turun,
  • dan dapat menyebabkan instabilitas Merupakan bahasan tentang unsaturated soil mechanics
  • Untuk permodelan stabilitas (limit equilibrium) dibutuhkan Parameter tanah kompleks seperti SWCC (soil water characteristic curve), hydraulic conductivity vs matric suction.

Matric suction = tekanan pori negatif
Unsaturated soil strength = kekuatan tanah tak jenuh

Soil Water Characteristic Curve (SWCC )merupakan kurva yang menggambarkan hubungan antara jumlah air dalam tanah dan suction. Jumlah air di sini bisa berupa kadar air Gravimetric Water Content (GWC)(w), Volumetric Water Content (VWC)(θ) atau derajat kejenuhan (S) (Vanapilli, et al, 1996) .Soil Water Characteristic Curve (SWCC) juga sering disebut Soil Water Retention Curve (SWRC) menggambarkan kemampuan tanah untuk menyimpan dan melepaskan air.

Secara umum nilai volumetric water content tergantung pada tiga parameter sebagai berikut ini :
1.  Air Entry Value (AEV),
2. Kemiringan kurva baik untuk tekanan air pori yang positif maupun tekanan air pori negatif (didefinisikan sebagai




Penutup

Sekian Penjelasan Singkat Mengenai BENDUNG DAN BENDUNGAN. Semoga Bisa Menambah Pengetahuan Kita Semua.

Posting Komentar

pengaturan flash sale

gambar flash sale

gambar flash sale