Search Suggest

Ilmu-ilmu dalam kedokteran Gigi

29 menit

 

Dalam kedokteran gigi, terdapat beberapa ilmu-ilmu yang menjadi fokus utama dalam pencegahan, perawatan, dan pemahaman tentang gigi, mulut, dan maksilofasial. Berikut adalah beberapa ilmu-ilmu dalam kedokteran gigi:

  1. Anatomi Gigi dan Mulut: Ilmu ini mempelajari struktur dan komponen anatomi gigi serta struktur dan fungsi mulut. Pemahaman yang baik tentang anatomi ini penting dalam diagnosis dan perawatan gigi.
  2. Histologi Gigi dan Jaringan Pendukung: Ilmu ini mempelajari struktur mikroskopis gigi dan jaringan pendukungnya, seperti jaringan periodontal (gusi, tulang rahang, dan ligamen periodontal).
  3. Biologi Oral: Ilmu ini mempelajari interaksi antara gigi, mulut, dan mikroorganisme yang ada di dalamnya. Melalui pemahaman ini, dapat dikembangkan metode pencegahan dan perawatan penyakit gigi dan mulut.
  4. Radiologi Gigi: Ilmu ini mempelajari teknik dan interpretasi gambar radiografi yang digunakan untuk mendeteksi, mendiagnosis, dan memantau kelainan gigi dan jaringan sekitarnya.
  5. Farmakologi Gigi: Ilmu ini mempelajari obat-obatan yang digunakan dalam kedokteran gigi, termasuk mekanisme kerja, efek samping, dan interaksi obat.
  6. Patologi Gigi: Ilmu ini mempelajari penyakit dan kelainan yang mempengaruhi gigi dan jaringan sekitarnya, seperti karies gigi, penyakit periodontal, dan tumor gigi.
  7. Kedokteran Gigi Anak: Ilmu ini mempelajari perawatan gigi pada anak-anak, termasuk perawatan gigi bayi, pengembangan gigi permanen, dan pemulihan kesehatan gigi anak.
  8. Ortodonti: Ilmu ini mempelajari penggunaan alat ortodontik untuk memperbaiki pergeseran atau ketidaksempurnaan posisi gigi dan rahang.
  9. Bedah Mulut dan Maksilofasial: Ilmu ini mempelajari teknik bedah untuk mengobati kelainan dan cedera pada rahang dan struktur wajah.
  10. Prostodonti: Ilmu ini mempelajari pembuatan dan pemasangan gigi palsu, seperti kawat gigi, jembatan gigi, dan gigi tiruan.

Ilmu-ilmu ini merupakan beberapa contoh dari bidang-bidang studi dalam kedokteran gigi. Setiap ilmu memiliki peran penting dalam mendukung diagnosis, perawatan, dan pemahaman yang komprehensif tentang kesehatan gigi dan mulut 

Sumber:  id.wikipedia1, fkg.ugm.ac2

Cabang ilmu dalam Kedoketan Gigi

  1. Konservasi : Ilmu pengawetan gigi 
  2. Operative dentistry : Ilmu Penambalan gigi 
  3. Endodontia : Ilmu perawatan saluran akar 
  4. Orthodontia : Ilmu meratakan gigi 
  5. Prothodontia : Ilmu geligi tiruan 
  6. Exodontia : Ilmu pencabutan gigi 
  7. Periodontia : Ilmu perawatan jaringan luar 
  8. Dental teknologi : Ilmu teknologi gigi

Istilah-istilah dalam Kedokteran Gigi

  1. Incisivus : Gigi seri
  2. Caninus : Gigi taring
  3. Premolar : Gigi geraham kecil
  4. Molar : Gigi geraham besar
  5. Maxila : Rahang atas
  6. Mandibula : Rahang bawah
  7. Superior : Gigi atas
  8. Inferior : Gigi bawah
  9. Sinistra : Kiri
  10. Derxtra : Kanan
  11. Apex : Ujung akar
  12. Nasolabio groove : lekukan antara hidung dan bibir
  13. Median Line : Garis khayal yang lewat 2 gigi incisivus satu rahang atas dan rahang bawah, membagi tubuh menjadi 2 bagian secara simetris kiri dan kanan.
  14. Horizontal Line : Garis khayal yang terdapat diantara daerah khayal gigi rahang atas dan rahang bawah.
  15. Anatomical crown : Bagian atas gigi yang ditutupi oleh enamel.
  16. Anterior : Gigi-gigi yang terletak pada bagian depan dekat dengan bibir (dari gigi taring ke depan).
  17. Posterior : Gigi-gigi yang terletak pada bagian belakang dekat dengan pipi (dari gigi taring ke belakang).
  18. Articulate : Menyesuaikan atau menempatkan gigi dalam hubungannya yang tepat terhadap gigi lainnya dalam membentuk gigi palsu.
  19. Labiometal groove : suatu depresi (cekungan) linier yang dangkal yang berjalan horisontal di bawah bibir bawah yang membatasi dagu.
  20. Filtrum : Lekukan antara tuberkel dengan hidung.
  21. Labial surface : Permukaan gigi yang berhadapan dengan bibir (gigi anterior).
  22. Lingual surface : Permukaan gigi yang berdekatan dengan lidah (gigi pada rahang bawah).
  23. Palatinal surface : Permukaan gigi yang berdekatan dengan langit-langit (gigi pada rahang atas).
  24. Buccal surface : Permukaan gigi yang berhadapan dengan bagian dalam pipi (gigi posterior).
  25. Artificial crown : Perbaikan mahkota gigi yang terlekatkan pada struktur gigi alamiah yang masih tinggal.
  26. Mesial surface : Permukaan gigi yang dekat dengan median line.
  27. Distal surface : Permukaan gigi yang terjauh dari median line.
  28. Occlusi surface : Permukaan gigi yang digunakan untuk mengunyah (gigi posterior).
  29. Incisal surface : Permukaan gigi yang digunakan untuk menggigit (gigi anterior).
  30. Operculum : lapisan jaringan gingiva yang menutupi gigi yang baru erupsi sebagian
  31. Broach : Alat pengait halus untuk menutupi saluran gigi atau mencabut pulpa.
  32. Bifurcation : Titik pertemuan 2 cabang akar.
  33. Trifurkasi : Titik pertemuan 3 cabang akar.
  34. Base : Unit protese gigi yang dapat diangkat.
  35. Cusp : Tonjolan yang terletak pada permukaan oklusal gigi posterior dan caninis disebelah incisal
  36. Cingulum : Permukaan cembung pada semua permukaan gigi anterior pada bagian palatal dan lingual dekat cervix.
  37. Crown/korona : Mahkota gigi
  38. Tuberkel : Tonjolan bulan pada bibir atas tengah bawah.
  39. Cervical : Leher gigi
  40. Radix : Akar gigi
  41. Bitelock : Alat kedokteran gigi untuk mempertahankan tepi oklusi pada relasi yang sama di luar mulut.
  42. Bite-wing : Sayap atau sirip yang ditempelkan di tengah film sinar-x gigi dan digigit oleh pasien, membuat gambar korona gigi dari kedua lengkung gigi dan jaringan periodontal di dekatnya.
  43. Ridge/gigir : Penonjolan yang runcing pada permukaan gigi atau pinggir pada suatu penonjolan.
  44. Brachygnathia : Rahang bawah yang pendek abnormal.
  45. Caries : Pembusukan pada tulang atau gigi.
  46. Bridge : Protese gigi yang menghubungkan satu atau lebih gigi artifisial, melekat pada gigi alamiah yang berdekatan, biasanya gigi palsu parsial yang menetap.
  47. Cariogenesis : Perkembangan karies.
  48. Cavity : Lesi yang ditimbulkan oleh karies.
  49. Bridgework : Gigi palsu parsial yang dipertahankan dengan perlekatan dan bukan dengan pegangan.
  50. Cement : Material pengisi yang digunakan membantu mempertahankan cetakan emas dan untuk menyekat pulpa gigi.
  51. Cementicle : Massa sementum globular diskret dan kecil pada daerah akar gigi.
  52. Email : Jaringan yang berfungsi untuk melindungi tulang gigi dengan zat yang sangat keras yang berada di bagian paling luar gigi manusia.
  53. Pulpa (rongga gigi) : Rongga yang di dalamnya terdapat pembuluh darah kapiler dan serabut-serabut syaraf.
  54. Semen / Sementum : Bagian dari akar gigi yang berdampingan / berpapasan langsung dengan tulang rahang di mana gigi manusia tumbuh.
  55. Tulang Gigi (dentin) : Substansi utama dari gigi yang mengelilingi pulpa gigi dan ditutupi oleh enamel di bagian mahkota dan dengan semen pada akar gigi.
  56. Mamelon : Tonjolan yang terdapat pada incisal edge gigi incisivus yang tumbuh.
  57. Single root : Satu akar dengan satu apex.
  58. Multiple root : Banyak akar (bifurkasi/trifurkasi).
  59. Tuberculum : Suatu penonjolan yang besarnya lebih kecil dari tonjolan gigi.
  60. Sulcus : Lekukan yang memanjang, tumpul dan dangkal.
  61. Cementogenesis : Perkembangan dari sementum pada dentin akar gigi.
  62. Dental calculosis : Kalsium fosfat dan karbonat dengan materi organik yang terdeposit pada permukaan gigi.
  63. Cross bite : Maloklusi antara gigi mandibular dan maksilar.
  64. Gingiva : Gusi; membran mukosa disertai jaringan fibrosa penyangganya, yang menutupi batas rahang yang dilekati gigi.
  65. Gingivosis : Peradangan gusi yang luas dan kronis.
  66. Endodontium : Pulpa dentis
  67. Dam : Selembar karet lateks tipis yang dipakai untuk mengisolasi gigi dari cairan dalam mulut selamadilakukan pengobatan gigi.
  68. Dentibuccal : Berhubungan dengan gigi dan pipi.
  69. Pulpa cavity : Ruang tengah yang terisi pulpa di dalam mahkota gigi.
  70. Intercusping : oklusi kuspid gigi rahang yang satu dengan lekukan gigi pada rahang yang lain.
  71. Dental cavity : Lesi karies yang ditimbulkan oleh destruksi enamel dan dentin pada gigi.
  72. Fossa : Suatu cekungan yang lebar.
  73. Fissure : Suatu celah yang dalam, sempit dan panjang (oklusal).
  74. Groove : Suatu lekukan yang dangkal, sempit dan memanjang yang terdapat pada permukaan gigi.
  75. Dentinogenesis : Pembentukan dentin
  76. Pit : Depression yang kecil yang besarnya seujung jarum.
  77. Lobe : Bagian yang menonjol, merupakan bagian permukaan dari pembentukan gigi.
  78. Clinical crown : Bagian gigi yang terpajang di balik gingiva.
  79. Proksimal : Permukaan gigi yang berhadapan dengan permukaan gigi sebelahnya dalam satu lengkung gigi.
  80. Crest : Titik terluar dari garis luar labial/bukal atau palatal/lingual dari suatu gigi.
  81. Marginal ridge : Tepi bulat dari enamel yang membentuk tepi mesial dan distal dari permukaan oklusal gigi posterior dan dari permukaan palatal/lingual dari gigi anterior.
  82. Dentalgia : Sakit gigi
  83. Anatomical crown : bagian atas gigi yang ditutupi oleh enamel.
  84. Anterior : gigi-gigi yang terletak pada bagian depan.
  85. Articulate : menyesuaikan atau menempatkan gigi dalam hubungannya yang tepat terhadap gigi lainnya dalam membentuk gigi palsu.
  86. Articulation : a. hubungn kontak dari permukaan oklusal gigi-gigi pada waktu bekerja, b. susunan gigi-gigi buatan sedemikian rupa untuk menyesuaikan berbagai posisi mulut dan untuk menggantikan tujuan gigi-gigi alami yang digantikannya.
  87. Artificial crown : perbaikan mahkota gigi yang terlekatkan pada struktur gigi alamiah yang masih tinggal.
  88. Band : keping metal tipis yang mengelilingi mahkota gigi atau akar gigi.
  89. Base : unit protese gigi yang dapat diangkat.
  90. Bite : a. menangkap dengan gigi-geligi., b. suatu impresi yang dibuat oleh penutupan gigi-geligi pada beberapa materi lunak, seperti lilin.
  91. Bitelock : alat kedokteran gigi untuk mempertahankan tepi oklusi pada relasi yang sama diluar mulut.
  92. Bite-wing : sayap atau sirip yang ditempelkan di tengah film sinar-x gigi dan digigit oleh pasien, membuat gambar korona gigi dari kedua lengkung gigi dan jaringan periodontal di dekatnya.
  93. Brachygnathia : rahang bawah yang pendek abnormal.
  94. Bridge : Protese gigi yang menghubungkan satu atau lebih gigi artifisial, melekat pada gigi alamiah yang berdekatan, biasanya gigi palsu parsial yang menetap.
  95. Bridgework : gigi palsu parsial yang dipertahankan dengan perlekatan dasn bukan dengan pegangan.
  96. Broach : alat pengait halus untuk menutupi saluran gigi atau mencabut pulpa.
  97. Caninus : gigi taring.
  98. Caries : pembusukan pada tulang atau gigi.
  99. Cariogenesis : perkembangan karies.
  100. Cavity : lesi yang ditimbulkan oleh karies.
  101. Cement : material pengisi yang digunakan membantu mempertahankan cetakan emas dan untuk menyekat pulpa gigi.
  102. Cementicle : massa sementum globular diskret dan kecil pada daerah akar gigi.
  103. Cementoblast : sel kuboid besar, yang ditemukan di antara serat-serat pada permukaan sementum, yang aktif pada permukaan sementum.
  104. Cementoblastoma : fibroma ondotogenik jinak dan jarang terdapat yang berasal dari sementum dan terlihat sebagai massa berproliferasi terletak bersebelahan dengan akar gigi.
  105. Cementocyte : sel yang ditemukan dalam lakunae sementum selular, seringkali memiliki tonjolan-tonjolan panjang yang memancar dari badan sel ke arah permukaan periodontal sementum.
  106. Cementogenesis : perkembangan dari sementum pada dentin akar gigi.
  107. Cementoma : setiap tumor jinak yang menghasilkan sementum, termasuk sementoblastoma, fibroma sementum, displasia tulang yang berwarna kemerahan, dan disaplasia sementum periapikal.
  108. Cementum : jaringan penyambung mnyerupai tulang yang melapisi akar gigi dan membantu menyokong gigi.
  109. Clinical crown : bagian gigi yang terpajan di balik gingiva.
  110. Closed bite : maloklusi gigi diaman tepi insisal gigi-geligi anterior mandibula lebih menonjol keluar daripada tepi insisal gigi geligi anterior maksila.
  111. Complex cavity : lesi karies yang melibatkan tiga permukaan gigi atau lebih pada keadaan yang sudah ditata.
  112. Compound cavity : lesi karies yang melibatkan dua permukaan gigi pada keadaan yang sudah ditata.
  113. Cross bite : maloklusi antara gigi mandibular dan maksilar.
  114. Dam : selembar karet lateks tipis yang dipakai untuk mengisolasi gigi dari cairan dalam mulut selama dilakukan pengobatan gigi.
  115. Dentalgia : sakit gigi.
  116. Dentate takik : bentuk gigi.
  117. Dentia : keadaan yang berhubungan dengan perkembangan atau tumbuhnya gigi
  118. Dentia praecox : tumbuh gigi terlalu awal, adanya gigi di mulut pada saat dilahirkan.
  119. Dentia tarda : tumbuhnya gigi yang terlambat, lebih lama dari waktu seharusnya tumbuh.
  120. Dentibuccal : berhubungan dengan gigi dan pipi.
  121. Denticle : a. penonjolan seperti gigi kecil, b. massa kapur yang berbeda di dalam ruang pulpa gigi.
  122. Dentifrice : preparat untuk membersihkan dan menyikat gigi; dapat mengandung agen terapeutik (flourida) untuk mencegah terjadinya karies gigi.
  123. Dentilabial : berhubungan dengan gigi dan bibir
  124. Dentin : substansi utama dari gigi yang mengelilingi pulpa gigi dan ditutupi oleh enamel di bagian mahkota dan dengan semen pada akar gigi.
  125. Dentinogenesis : pembentukan dentin
  126. Dentinogenesis imperfecta : keadaan herediter yang ditandai dengan cacat pada pembentukan dan kalsifikasi dentin, sehingga gigi nampak berwarna putih susu kecoklatan atau kebiruan.
  127. Dentinoma : tumor yang berasal dari bagian odontogenik, terdiri atas jaringan penyambung imatur, epitel odontogenik, dan dentin displasia.
  128. Dentist : orang yang lulus pendidikan ilmu kedokteran gigi dan mempunyai wewenang untuk praktek sebagai dokter gigi.
  129. Dentistry : a. bagian ketrampilan penyembuhan yang menangani gigi, rongga mulut, dan berkaitan dengan struktur, termasuk pencegahan, pembuatan diagnosis, dan pengobatan penyakitnya, serta perbaikan jaringan yang rusak atau hilang., b. pekerjaan yang dilakukan oleh dokter gigi.
  130. Dentition : gigi pada lengkung gigi, biasanya dipakai untuk menyatakan gigi pada posisinya di alveolinya.
  131. Dentoal veolar : berkenaan dengan gigi dan alveolusnya.
  132. Dentofacial : berhubungan dengan gigi serta prosesus alveolaris dan wajah.
  133. Dentotrople : melekat atau mempunyai daya gabung dengan jaringan pembentuk gigi.
  134. Dentulous : mempunyai gigi asli.
  135. Denture : komplemen gigi, baik asli atau tiruan, biasanya dipakai untuk menyatakan penggantian gigi tiruan bagi gigi asli yang tanggal dan jaringan sekitarnya.
  136. Dental calculosis : alsium fosfat dan karbonat dengan materi organik yang terdeposit pada permukaan gigi.
  137. Dental caries : proses perusakan yang menyebabkan dekalsifikasi enamel gigi dan berlanjut menjadi kerusakan enamel serta dentin, dan pembentukan lubang pada gigi.
  138. Dental cavity : lesi karies yang ditimbulkan oleh destruksi enamel dan dentin pada gigi.
  139. Dental ceramics : penggunaan porselen dan material sejenisnya pada pengobatan gigi restoratif.
  140. Dental cuticle : lapisan pada email dan sementum beberapa gigi, terdapat di sebelah luar kutikula utama, bersama-sama dengannya terdapat tumpukan epitel yang melekat dan bergerak di sepanjang gigi.
  141. Denture base : materi gigi palsu terpasang dan yang bersandar pada jaringan penyokong sewaktu gigi palsu terpasang dalam mulut.
  142. Dens : gigi atau struktur serupa gigi.
  143. Dens in dente : gigi yang mengalami malformasi disebabkan oleh invaginasi mahkota gigi sebelum mengalami kalsifikasi memberikan gambaran gigi di dalam gigi.
  144. Interdental : terletak di antara proksimal gigi yang berdekatan pada alkus yang sama.
  145. Interocclusal : terletak di antara permukaan oklusal gigi-gigi yang berhadapan pada dua arkus dental.
  146. Open bite : oklusi dimana gigi-gigi tertentu yang berhadapan gagal untuk menghasilkan kontak bila rahang dikatupkan, biasanya terbatas pada gigi-geligi anterior.
  147. Oral cavity : rongga mulut yang dibatasi oleh rahang dan struktur yang berhubungan dengannya (otot dan mukosa).
  148. Over bite : posisi gigitan yang tidak sempurna.
  149. Physiological crown : bagian gigi distal terhadap celah gingival atau terhadap tepi gusi.
  150. Prepared cavity : lesi dimana semua jaringan karies gigi telah dibersihkan, persiapan untuk menambal gigi.
  151. Pulpa cavity : ruang tengah yang terisi pulpa di dalam mahkota gigi.
  152. Pyrophosphate : garam pirofosfat kalsium, yang dipakai sebagai zat pengkilap pada pasta gigi.
  153. Removable bridge : gigi parsial yang dipertahankan oleh perlekatan yang memungkinkan ia dilepaskan.
  154. Edentia : tidak adanya gigi.
  155. Enamel : email gigi; substansi keras, tipis, translusen yang melapisi dan melindungi dentin mahkota gigi dan hampir seluruhnya terdiri dari garam kalsium.
  156. Enameloma : nodul email kecil berbentuk sferis yang melekat di gigi pada garis serfikal atau pada akar.
  157. Enamel cuticle : lapisan di atas email gigi yang belum erupsi, terutama terdiri dari sisa ameloblas yang telah berdegenerasi setelah selesainya pembentukan email.
  158. Endodontics : cabang kedokteran gigi yang berhubungan dengan etiologi, pencegahan, diagnosis, dan terapi terhadap kondisi yang mengenaipulpa gigi, akar gigi, dan jaringan periapikal.
  159. Endodontium : pulpa dentis.
  160. End-to-end bite : oklusi dimana gigi seri pada kedua rahang bertemu.
  161. Esthetics : filsafat yang berkenaan dengan penampakan dari restorasi gigi, seperti yang tercapai melalui warna atau bentuknya.
  162. Extension bridge : seseorang yang mempunyai gigi buatan yang melekat di belakang titik penanaman dari gigi tersebut.
  163. Exuviation : penanggalan gigi susu.
  164. Fixed bridge : gigi parsial yang dipertahankan oleh mahkota atau tatahan yang disemenkan pada gigi asli.
  165. Flask : kotak logam dimana bahan yang digunakan dalam pembuatan gigi palsu diletakkan untuk diolah.
  166. Free Gingiva : bagian gusi yang mengelilingi gigi dan tidak melekat langsung ke permukaan gigi.
  167. Gerodontics : kedokteran gigi yang berhubungan dengan problema gigi pada orang tua.
  168. Gingiva : gusi; membran mukosa disertai jaringan fibrosa penyangganya, yang menutupi batas rahang yang dilekati gigi.
  169. Gingivosis : peradangan gusi yang luas dan kronis
  170. Glaze : lapisan keramik yang ditambahkan pada tambalan porselain untuk merangsang gusi.
  171. Hydroxyapatite : kalsium anorganik sebagai bahan pengisi matriks tulang dan gigi sehingga bersifat kaku.
  172. Infraclusion : keadaan dimana permukaan oklusi gigi tidak mencapai bidang oklusi normal dan tidak menyentuh gigi oposisinya.
  173. Insisivus : gigi seri.
  174. Intercusping : oklusi kuspid gigi rahang yang satu dengan lekukan gigi pada rahang yang lain.

Semoga Bermanfaat, Terima kasih

Penutup

Sekian Penjelasan Singkat Mengenai Ilmu-ilmu dalam kedokteran Gigi. Semoga Bisa Menambah Pengetahuan Kita Semua.

Posting Komentar

pengaturan flash sale

gambar flash sale

Promo

gambar flash sale