Pada kesempatan kali ini kita membahas topik material besi beton, Besi ini merupakan material yang paling umum digunakan dalam proyek konstruksi bangunan. Besi beton juga dikenal dengan nama baja tulangan maupun besi tulangan beton dipasaran. Penggunaannya yang luas dan fungsinya yang vital sebagai tulang atau rangka bangunan, menjadikan besi ini sebagai material yang wajib memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Besi beton harus memiliki kualifikasi SNI, karena penggunaan besi beton SNI akan berimbas pada keamanan dan keselamatan, mengingat berkaitan dengan kekuatan dan ketahanan bangunan.
Ada 2 jenis besi beton, yaitu besi beton polos dan besi beton ulir. Besi beton polos biasa digunakan untuk dowels spiral dan pendukung struktur pada konstruksi. Sedangkan beton ulir digunakan untuk pembangunan konstruksi dan infrastruktur yang membutuhkan daya tarik lebih kuat seperti gedung pencakar langit. Sirip-sirip pada besi beton ulir inilah yang berfungsi untuk menghalangi pergerakan pada arah longitudinal batang terhadap beton.
Mengulik spesifikasi yang harus dimiliki, kurang lengkap rasanya jika tak menilik bagaimana proses pembuatan besi beton. Secara singkat, proses pembuatan beton dimulai dari pemanasan billet baja pada temperatur ±1300°C untuk memudahkan proses canai. Billet yang telah dipanaskan akan dimasukkan ke mesin roll untuk disesuaikan ukuran diameternya. Setelah itu billet akan didinginkan dan dipotong-potong dengan ukuran panjang yang telah ditentukan.
Apa itu besi beton SNI
Badan Standardisasi Nasional (BSN) merupakan lembaga yang bertanggungjawab dalam pembuatan standarisasi, termasuk standarisasi baja tulangan beton. Baja tulangan beton bisa dikatakan memenuhi kualitas SNI apabila mampu memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan BSN atau paling tidak memenuhi toleransi yang sudah diberlakukan. Dalam hal ini, BSN mengatur beberapa hal dan menjelaskan beberapa istilah mengenai fisik besi ini, diantaranya adalah sebagai berikut.
- Ukuran Nominal, merupakan ukuran sesuai yang ditetapkan
- Toleransi, merupakan besarnya penyimpangan yang diizinkan dari ukuran nominal
- Diameter Dalam, merupakan ukuran diameter tanpa sirip pada baja tulangan beton sirip
- Sirip Melintang, merupakan setiap sirip yang terdapat pada permukaan batang baja tulangan beton yang melintang terhadap sudut batang baja tulangan beton.
Sejarah SNI pada besi beton
Pengembangan dan penerapan standardisasi di Indonesia dimulai sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang, hingga pasca diproklamasikannya kemerdekaan yang menyatakan Indonesia resmi berdaulat.
Standardisasi digunakan sebagai sarana pendukung kegiatan ekonomi kolonial sehingga dapat berjalan dengan lancar. Lembaga resmi yang berkaitan dengan kegiatan standardisasi itu dimulai pada tahun 1928 di Hindia Belanda, dengan didirikannya Stichting Fonds voor de Normalisatie in Nederlands Indie (Yayasan Normalisasi di Hindia Belanda) dan Normalisatie Road (Dewan Normalisasi) yang berkedudukan di Bandung. Para ahli teknik Belanda yang kebanyakan adalah insinyur sipil mulai menyusun standar untuk bahan bangunan, alat transportasi disusul dengan standar instalasi listrik dan persyaratan untuk saluran luar. Selama perang dunia II dan pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) dapat dikatakan bahwa kegiatan standardisasi formal terhenti.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia membentuk pemerintahan dan merencanakan pembangunan untuk meningkatkan taraf kehidupan dan kesejahteraan rakyat menuju kesetaraan dengan negara-negara lain.
Pemerintah mulai menempatkan standardisasi sebagai fungsi strategis dalam menunjang pembangunan nasional. Pada tahun 1973 ditetapkan program “Pengembangan Sistem Nasional untuk Standardisasi” sebagai prioritas dan pada tahun 1976 dibentuk Panitia Persiapan Sistem Standardisasi Nasional. Pada tahun 1984 dengan SK Presiden RI dibentuk Dewan Standardisasi Nasional (DSN) dengan tugas pokok menetapkan kebijakan standardisasi, melaksanakan koordinasi dan membina kerjasama di bidang standardisasi nasional. Pada tanggal 26 Maret 1997, pemerintah membubarkan DSN yang selanjutnya berganti menjadi Badan Standardisasi Nasional (BSN).
Kemudian Standar besi beton SNI untuk industri baja Indonesia berlaku dalam SII 138-1984 yang mengatur perihal Mutu dan Cara Uji Baja Tulangan Beton. Setelahnya terdapat beberapa poin revisi dan diubah menjadi SNI 07-2052-2002 mengenai Baja Tulangan Beton yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional pada tahun 2002. Revisi-revisi dalam poin standarisasi juga sebenarnya diupayakan untuk memperkecil adanya produk baja tulangan yang tidak sesuai standar atau sering disebut dengan julukan beton banci.
Definisi / Pengertian SNI
SNI adalah standar yang ditetapkan oleh pemerintah untuk berbagai hasil produksi yang dibuat oleh masyarakat Indonesia, baik itu yang diproduksi secara perseorangan maupun yang diproduksi oleh sebuah badan atau perusahaan. Hal ini ini telah diatur di dalam Peraturan Menteri Perdagangan No.72/M-DAG/PER/9/2015 yang mewajibkan barang-barang dalam kategori tertentu harus diproduksi sesuai dengan SNI.
Penerapan SNI pada produk besi beton, akan membuat Perkasa partner menjadi lebih aman dan nyaman dalam penggunaannya, karena akan berimbas pada keamanan dan keselamatan, mengingat berkaitan dengan kekuatan dan ketahanan bangunan.
Spesifikasi Beton Polos dan Besi Beton Ulir SNI Menurut BSN
Berdasarkan sifat tampaknya
Besi beton tidak boleh mengandung serpihan, lipatan, retakan, gelombang, cerna (luka pada permukaan akibat proses canai) yang dalam dan hanya diperkenankan berkarat ringan pada permukaan.
Berdasarkan bentuknya
Besi beton polos memiliki permukaan baja tulangan yang rata dan tidak bersirip. Sedangkan spesifikasi beton ulir atau beton bersirip sedikit lebih rumit. Permukaan beton ulir harus memiliki sirip yang teratur dengan arah melintang sumbu batang; sedangkan rusuknya memanjang searah dan sejajar dengan sumbu batang. Sirip-sirip tersebut harus terletak pada jarak yang teratur serta memiliki bentuk dan ukuran yang sama. Sirip melintang tidak diperbolehkan membentuk sudut kurang dari 45° terhadap sumbu batang. Apabila membentuk sudut antara 45° sampai 70°, arah sirip melintang pada satu sisi atau kedua sisi dibuat berlawanan. Sedangkan, bila sudutnya diatas 70°, arah yang berlawanan tidak diperlukan.
Bahan Baku Besi Beton Polos dan Ulir
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan besi beton adalah berasal dari billet baja dan memiliki ukuran maupun diameter yang telah ditetapkan dalam standar tertentu. Dibawah ini adalah tabel yang menjelaskan lebih detail komposisi dari billet.
Kelas baja tulangan | Kandungan unsur maksimum (%) | |||||
---|---|---|---|---|---|---|
C | Si | Mn | P | S | C Eq* | |
BjTP 280 | – | – | – | 0,050 | 0,050 | – |
BjTS 280 | – | – | – | 0,050 | 0,050 | – |
BjTS 420A | 0,32 | 0,55 | 1,65 | 0,050 | 0,050 | 0,60 |
BjTS 420B | 0,32 | 0,55 | 1,65 | 0,050 | 0,050 | 0,60 |
BjTS 520 | 0,35 | 0,55 | 1,65 | 0,050 | 0,050 | 0,625 |
BjTS 550 | 0,35 | 0,55 | 1,65 | 0,050 | 0,050 | 0,625 |
BjTS 700** | 0,35 | 0,55 | 1,65 | 0,050 | 0,050 | 0,625 |
Catatan:
- Toleransi nilai karbon ( C ) pada produk besi beton diperbolehkan lebih besar 0.03%
- *karbon ekivalen (Ceq) diperoleh dari Ceq= C + Mn/6 + Si/24 + Ni/40 + Cr/5 + Mo/4 + V/14
- **BjTS 700 perlu ditambahkan unsur paduan lainnya sesuai kebutuhan selain pada tabel di atas dan termasuk kelompok baja paduan
Ukuran Diameter Besi Beton Polos dan Ulir
Nah, BSN juga memberikan ketentuan mengenai ukuran diameter besi beton yang sesuai dengan SNI nih. Tabel ini dibedakan menjadi dua berdasarkan jenis besi beton, yaitu tabel besi beton polos dan tabel besi beton ulir. Angka yang tercantum dalam tabel ini memang angka yang pas, tapi dalam praktiknya angka ini dijadikan acuan kisaran dipasaran. Dalam tabel ini diatur mengenai penamaan, diameter nominal besi beton dan luas penampang nominal
No | Penamaan | Diameter nominal (d) mm | Luas penampang nominal (A) mm2 |
1 | P 6 | 6 | 28 |
2 | P 8 | 8 | 50 |
3 | P 10 | 10 | 79 |
4 | P 12 | 12 | 113 |
5 | P 14 | 14 | 154 |
6 | P 16 | 16 | 201 |
7 | P 19 | 19 | 284 |
8 | P 22 | 22 | 380 |
9 | P 25 | 25 | 491 |
10 | P 28 | 28 | 616 |
11 | P 32 | 32 | 804 |
12 | P 36 | 36 | 1018 |
13 | P 40 | 40 | 1257 |
14 | P 50 | 50 | 1964 |
Sama halnya dengan beton polos, tabel besi beton ulir juga memuat informasi mengenai ukuran diameter besi beton ulir. Selain itu, karena besi beton ulir memiliki sirip maka ditambahkan atribut lain seperti diameter dalam, tinggi sirip melintang, jarak sirip melintang, dan lebar rusuk memajang.
No | Penamaan | Diameter nominal (d) mm | Luas penampang nominal (A) mm2 | Tinggi sirip (H) mm | Jarak sirip melintang (P) maks mm | Lebar sirip membujur (T) maks mm | |
min | maks | ||||||
1 | S 6 | 6 | 28 | 0,3 | 0,6 | 4,2 | 4,7 |
2 | S 8 | 8 | 50 | 0,4 | 0,8 | 5,6 | 6,3 |
3 | S 10 | 10 | 79 | 0,5 | 1,0 | 7,0 | 7,9 |
4 | S 13 | 13 | 133 | 0,7 | 1,3 | 9,1 | 10,2 |
5 | S 16 | 16 | 201 | 0,8 | 1,6 | 11,2 | 12,6 |
6 | S 19 | 19 | 284 | 1,0 | 1,9 | 13,3 | 14,9 |
7 | S 22 | 22 | 380 | 1,1 | 2,2 | 15,4 | 17,3 |
8 | S 25 | 25 | 491 | 1,3 | 2,5 | 17,5 | 19,7 |
9 | S 29 | 29 | 661 | 1,5 | 2,9 | 20,3 | 22,8 |
10 | S 32 | 32 | 804 | 1,6 | 3,2 | 22,4 | 25,1 |
11 | S 36 | 36 | 1018 | 1,8 | 3,6 | 25,2 | 28,3 |
12 | S 40 | 40 | 1257 | 2,0 | 4,0 | 28,0 | 31,4 |
13 | S 50 | 50 | 1964 | 2,5 | 5,0 | 35,0 | 39,3 |
14 | S 54 | 54 | 2290 | 2,7 | 5,4 | 37,8 | 42,3 |
15 | S 57 | 57 | 2552 | 2,9 | 5,7 | 39,9 | 44,6 |
Catatan:
Cara menghitung luas penampang nominal, keliling nominal, dan ukuran sirip adalah sebagai berikut:
- Luas penampang nominal (A)
A = (0,7854 x d2) / 100 (mm2) - D = diameter nominal (mm)
- Jarak sirip melintang maksimum = 0,70 d
- Tinggi sirip minimum = 0,05 d
- Tinggi sirip maksimum = 0,10 d
- Jumlah 2 (dua) sirip membujur maksimum = 0,25 K
- Keliling nominal (K) = 0,3142 x d (mm)
Toleransi Diameter Besi Beton
Ukuran diameter adalah salah satu hal yang paling diperhitungkan jika membicarakan beton berstandar SNI. Meski begitu, bukan berarti ukuran diameternya dapat diamati dengan mudah. Pengukuran besi didasarkan pada satuan milimeter, sehingga untuk menghitung toleransi ukurannya, maka harus menggunakan jangka sorong agar mendapatkan tingkat akurasi dan presisi yang sangat baik. Pada tabel dibawah ini dapat dilihat besar toleransi pada setiap ukuran diameter baja tulangan.
No | Diameter (d) mm | Toleransi (t) mm | Penyimpangan kebundaran maks (p) mm |
1 | 6 | ± 0,3 | 0,42 |
2 | 8 ≤ d ≤ 14 | ± 0,4 | 0,56 |
3 | 16 ≤ d ≤ 25 | ± 0,5 | 0,70 |
4 | 28 ≤ d ≤ 34 | ± 0,6 | 0,84 |
5 | d ≥ 36 | ± 0,8 | 1,12 |
Catatan:
1. Penyimpangan kebundaran maksimum dengan rumus:
p = (diameter maks – diameter min) ≤ (2t × 70%)
2. Toleransi untuk baja tulangan beton polos = d – d aktual
Toleransi ukuran dalam hal ini diartikan sebagai penyimpangan ukuran yang masih dalam batas wajar, baik lebih dari maupun kurang dari. Contohnya, dalam tabel tersebut disebutkan bahwa toleransi dari beton polos berdiameter 6 mm adalah ±0.3 mm. Hal itu berarti bahwa beton polos berdiameter 6 mm seminim-minimnya harus memiliki lebar diameter terukur (real) sebesar 5.7 mm. Contoh lainnya adalah beton polos berdiameter 10 mm dengan toleransi ukuran ±0.4 mm. Berarti ukuran real paling minimum yang harus dimiliki oleh beton polos D10 adalah 9.6 mm, jika ingin dikategorikan sebagai beton SNI.
Lalu bagaimana dengan toleransi besi beton ulir?
Nilai toleransi ukuran pada beton polos dan beton ulir sebenarnya sama. Hanya saja, pada beton ulir diameter diukur bukan dari ujung sirip ke ujung sirip yang memanjang, namun berdasarkan diameter dalam baja tulangan.
Besi beton banci yang beredar dipasaran biasanya mengurangi ukuran diameternya dengan cukup signifikan, sekitar ±0.8 mm. Memang terlihat tidak begitu banyak, mengingat ukurannya dalam satuan milimeter. Namun, selisih ini sesungguhnya sangat berpengaruh pada kualitas bangunan dan keamanannya. Nah, Besi beton banci ini adalah besi beton yang memiliki ukuran, spesifikasi, dan kualitas yang tidak sesuai dengan kriteria SNI. Dalam hal ini, Perkasa Partner bisa tenang ketika membeli besi beton di SMS Perkasa, karena kami hanya menjual besi beton berstandar SNI. Hubungi Tim Sales kami untuk konsultasikan kebutuhan Anda sekarang juga.
Untuk informasi lengkap, Anda dapat menonton video mengenai perbedaan besi beton SNI vs besi beton banci di bawah ini.
Panjang Besi Beton
Menurut SNI 07-2050-2002, panjang baja tulangan beton ditetapkan hanya sebesar 6 m, 9 m, dan 12 m. Hal ini merevisi pernyataan pada SII 0136-84 yang menyatakan bahwa baja tulangan beton juga memiliki ukuran 3 m. Toleransi panjang baja tulangan beton ditetapkan minus 0 mm (-0 mm) plus 70 mm (+ 70 mm). Dengan kata lain, toleransi ukuran panjang baja tulangan tidak boleh melebihi 7 cm. Sehingga jika besi ini memiliki panjang 12 meter, maka minimum panjang besi beton tersebut haruslah 12 meter dan panjang maksimum 12.07 meter untuk bisa dikategorikan sebagai besi SNI.
Beton banci yang beredar di pasaran biasanya mereduksi ukuran panjang dan diameternya. Jika biasanya panjang baja tulangan beton adalah 12 meter, maka mereka bisa mereduksinya hingga 11.5 meter atau malah kurang dari itu.
Berat Besi Beton
BSN juga memberikan ketentuan mengenai tabel berat besi beton yang sesuai dengan SNI nih, seperti berat besi 8 dan ukuran besi beton yang lain. Tabel ini dibedakan menjadi dua berdasarkan jenis besi beton, yaitu tabel besi beton polos dan tabel besi beton ulir. Angka yang tercantum dalam tabel ini memang angka yang pas, tapi dalam praktiknya angka ini dijadikan acuan kisaran dipasaran. Dalam tabel ini diatur mengenai berat nominal pada besi beton ulir.
No | Penamaan | Berat nominal / meter* (kg/m) | Penamaan | Berat nominal / meter* (kg/m) |
1 | P 6 | 0,222 | S 6 | 0,222 |
2 | P 8 | 0,395 | S 8 | 0,395 |
3 | P 10 | 0,617 | S 10 | 0,617 |
4 | P 12 | 0,888 | S 13 | 1,042 |
5 | P 14 | 1,208 | S 16 | 1,578 |
6 | P 16 | 1,578 | S 19 | 2,226 |
7 | P 19 | 2,226 | S 22 | 2,984 |
8 | P 22 | 2,984 | S 25 | 3,853 |
9 | P 25 | 3,853 | S 29 | 5,185 |
10 | P 28 | 4,834 | S 32 | 6,313 |
11 | P 32 | 6,313 | S 36 | 7,990 |
12 | P 36 | 7,990 | S 40 | 9,865 |
13 | P 40 | 9,865 | S 50 | 15,413 |
14 | P 50 | 15,413 | S 54 | 17,978 |
S 57 | 20,031 |
Toleransi Berat Besi Beton
- Toleransi berat per batang
Berat dalam komoditas besi merupakan hal yang sangat penting mengingat harga besi biasa dihitung berdasarkan beratnya, sama seperti komoditas logam lainnya. Berikut ini ada tabel toleransi berat besi beton per batang.
Diameter nominal (mm) | Toleransi (%) |
6 ≤ d ≤ 8 | ± 7 |
10 ≤ d ≤ 14 | ± 6 |
16 ≤ d ≤ 29 | ± 5 |
d > 29 | ± 4 |
Catatan:
Toleransi berat untuk besi beton = berat nominal – berat aktual / berat nominal x 100% berat
Jenis Sirip pada Besi Beton Ulir
Permukaan beton ulir harus memiliki sirip yang teratur dengan arah melintang sumbu batang sedangkan rusuknya memanjang searah dan sejajar dengan sumbu batang. Terdapat beberapa jenis sirip/ulir pada besi beton ulir, diantaranya adalah:
- Sirip/ulir bambu
Keterangan gambar:
H : tinggi sirip/ulir
P : jarak sirip/ulir
W : lebar sirip/ulir
T : Gap/rib
- Sirip/ulir curam
Keterangan gambar:
H : tinggi sirip/ulir
P : jarak sirip/ulir melintang
W : lebar sirip/ulir membujur
- Sirip/ulir tulang ikan
Keterangan gambar:
H : tinggi sirip/ulir
P : jarak sirip/ulir melintang
W : lebar sirip/ulir membujur
T : Gap/rib
Marking
BSN menetapkan bahwa setiap batang baja tulangan beton harus diberi tanda (marking), salah satunya dengan warna yang tidak mudah hilang pada ujung-ujung penampangnya. Warna-warna ini tidak boleh asal, karena BSN telah menetapkan standarnya sesuai dengan kelas bajanya. BjTP 24 menggunakan warna hitam. BjTP/S 30 memiliki warna biru. BjTS 35 memiliki warna merah. BjTS 40 memiliki warna kuning. Terakhir, BjTS 50 memiliki warna hijau.
Kelas Baja | Warna | |
BjTP 280 | BjTS 280 | Hitam |
– | BjTS 420A | Kuning |
BjTS 420B | Merah | |
BjTS 520 | Hijau | |
BjTS 550 | Putih | |
BjTS 700 | Biru |
Pengujian Sifat Mekanis Besi Beton SNI
Pengujian sifat mekanis besi beton SNI adalah pengujian sifat-sifat dari bahan yang berkaitan dengan kelakuan (behavior) terhadap pembebanan mekanik pada besi beton. Sifat-sifat ini perlu dipertimbangkan ketika menentukan produk konstruksi baja yang akan digunakan serta proses pengolahan yang dilakukan. Berikut ini adalah beberapa jenis uji sifat mekanis dari besi beton SNI.
Uji Tarik
Uji tarik adalah jenis pengujian dengan melakukan penarikan terhadap besi beton polos/ulir sampai material tersebut putus atau patah. Besi beton polos/ulir yang diberi gaya tarik diletakkan secara sejajar dengan garis sumbunya terhadap permukaan penampangnya. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik, kekatan, maupun elastisitas dari besi beton polos/ulir.
Uji tarik dilakukan sesuai SNI 8389. Untuk menghitung kuat luluh dan kuat tarik baja tulangan beton polos dan sirip/ulir digunakan nilai luas penampang yang dihitung dari diameter nominal contoh uji. Nilai kuat luluh/leleh ditentukan dengan salah satu dari metode berikut:
a. Jika baja tulangan beton mempunyai titik luluh/leleh yang jelas, nilai kuat luluh/leleh ditentukan dengan turunnya atau berhentinya bacaan dari mesin uji tarik
b. Jika baja tulangan beton tidak mempunyai titik luluh/leleh yang jelas, nilai kuat luluh/leleh ditentukan dengan metode offset 0,2 %.
Uji Lengkung
Pengujian lengkung dilakukan sesuai SNI 0410. Uji lengkung (bending) adalah suatu proses pengujian material dengan cara ditekan untuk mendapatkan hasil berupa data tentang kekuatan lengkung suatu material yang diuji. Proses pengujian bending memiliki 2 macam pengujian, yaitu 3 point bending dan 4 point bending.
Kriteria kelulusan uji lengkung harus memenuhi standard ASME sebagai berikut:
- Keretakan maksimal 3 mm diukur dari segala arah pada permukaan
- Untuk Keretakan memaksimal 10 mm dari jumlah semua keretakan terbesar antara 1mm-3mm
- Keretakan sudut maksimal 6mm. Kecuali keretakan berasal dari beberapa jenis retak maka keretakan maksimal 3mm.
Tingkat Kekuatan Besi Beton
Kekuatan besi beton ditentukan oleh sifat mekanisnya. Sifat mekanisnya terdiri dari sifat jangka pendek dan sifat jangka panjang. Sifat jangka pendek sendiri diuraikan berdasarkan kekuatan tekan, kekuatan geser, dan modulus elastisitas. Sedangkan sifat jangka panjang meliputi rangkak dan susut. Rangkak adalah penambahan regangan terhadap waktu akibat adanya beban yang bekerja. Sedangkan susut adalah penyusutan volume beton yang diakibatkan oleh kehilangan uap air atau akibat penurunan suhu.
Kelas baja tulangan | Kuat luluh/leleh (YS) MPs | Kuat tarik (TS) | Regangan dalam 200 mm, Min. |
BjTP 280 | Min.280 Maks.405 | Min.350 | 11 (d ≤ 10 mm) |
12 (d ≥ 12 mm) | |||
BjTS 280 | Min.280 Maks.405 | Min.350 | 11 (d ≤ 10 mm) |
12 (d ≥ 13 mm) | |||
BjTS 420A | Min. 420 Maks. 545 | Min. 525 | 9 (d ≤ 19 mm) |
8 (22 ≤ d ≤ 25 mm) | |||
7 (d ≥ 29 mm) | |||
BjTS 420B | Min. 420 Maks. 545 | Min. 525 | 14 (d ≤ 19 mm) |
12 (22 ≤ d ≤ 36 mm) | |||
10 (d >36 mm) | |||
BjTS 520 | Min. 550 Maks. 675 | Min 687,5 | 7 (d ≤ 25 mm) |
6 (d ≥ 29 mm) | |||
BjTS 550 | Min. 550 Maks. 675 | Min. 805 | 7 (d ≤ 25 mm) |
6 (d ≥ 29 mm) | |||
BjTS 700 | Min. 700 Maks. 825 | Min. 805 | 7 (d ≤ 25 mm) |
6 (d ≥ 29 mm) |
Kelas baja tulangan | Sudut lengkung | Diameter pelengkung mm |
BjTP 280 | 180 o | 3,5d (d ≤ 16 mm) |
180 o | 5d (d ≥ 19 mm) | |
BjTS 280 | 180 o | 3,5d (d ≤ 16 mm) |
180 o | 5d (d ≥ 19 mm) | |
BjTS 420A | 180 o | 3,5d (d ≤ 16 mm) |
180 o | 5d (19 ≤ d ≤ 25 mm) | |
180 o | 7d (29 ≤ d ≤ 36 mm) | |
90 o | 9d (d > 36 mm) | |
BjTS 420B | 180 o | 3,5d (d ≤ 16 mm) |
180 o | 5d (19 ≤ d ≤ 25 mm) | |
180 o | 7d (29 ≤ d ≤ 36 mm) | |
90 o | 9d (d > 36 mm) | |
BjTS 520 | 180 o | 5d (19 ≤ d ≤ 25 mm) |
180 o | 7d (29 ≤ d ≤ 36 mm) | |
90 o | 9d (d > 36 mm) | |
BjTS 550 | 180 o | 5d (19 ≤ d ≤ 25 mm) |
180 o | 7d (29 ≤ d ≤ 36 mm) | |
90 o | 9d (d > 36 mm) | |
BjTS 700 | 180 o | 5d (19 ≤ d ≤ 25 mm) |
180 o | 7d (29 ≤ d ≤ 36 mm) | |
90 o | 9d (d > 36 mm) |
Catatan
- D adalah diameter nominal besi beton
- Hasil uji lengkung tidak boleh menunjukkan retak pada sisi luar lengkungan benda uji lengkung
Sesuai dengan tabel, tingkat kekuatan pada beton polos terdiri dari 1 tingkat yaitu BjTP 280. Sedangkan untuk beton ulir, terdapat 6 tingkat kekuatan diantaranya adalah BjTS 280, BjTS 420A, BjTS 420B, BjTS 520, BjTS 550, BjTS 700. Besi beton biasanya dikelompokkan berdasarkan tegangan leleh dan kandungan karbonnya. Deed steel (baja sangat lunak) memiliki kandungan karbon ≤0,10%. Low carbon steel (baja lunak) memiliki kandungan karbon 0,10 – 0,25%. Med carbon steel (baja sedang) memiliki kandungan karbon 0,25 – 0,70%. High carbon steel (baja keras) memiliki kandungan karbon 0,70 – 1,50%. Dengan kata lain, semakin tinggi kadar karbonnya, maka semakin kuat dan keras baja tersebut.
Syarat lulus uji
Besi beton dinyatakan lulus uji apabila contoh yang diambil memenuhi pasal 6 dan pasal 10.1. Apabila sebagian syarat-syarat tidak dipenuhi, dapat dilakukan uji ulang dengan contoh uji sebanyak 2 (dua) kali. Apabila hasil kedua uji ulang semua syarat-syarat terpenuhi, kelompok dinyatakan lulus uji. Kelompok dinyatakan tidak lulus uji kalau salah satu syarat pada uji ulang tidak dipenuhi.
Apakah sudah cukup mengerti mengenai kriteria SNI dari besi beton? Standar Nasional Indonesia yang diterapkan pada material besi ini sebenarnya sangat membantu kita sebagai pengguna untuk hati-hati dalam memilih besi beton yang berkualitas. Sehingga kita harusnya lebih paham, bahwa yang murah tidak selalu lebih baik.
Ragam Mutu Beton dan Kegunaannya untuk Konstruksi Bangunan
Beton merupakan bahan bangunan yang paling banyak dicari. Material ini dapat menciptakan berbagai struktur. Selain untuk bangunan rumah, beton dapat digunakan dalam pembuatan jalan, saluran air, area parkir kendaraan.
Ragam mutu beton menjadi bahan acuan untuk mengetahui kekuatan, kualitas, dan karakteristiknya. Mutu beton ini dinyatakan dalam satuan angka dan huruf. Untuk informasi mutu beton di Indonesia menggunakan huruf K, artinya kuat tekanannya per cm2. Selain itu, kualitas mutu beton terbagi menjadi beberapa kategori mulai dari K-100 hingga K-500. Sebagai contoh K-100 mempunyai artian kekuatan minimum adalah 100 kg/cm2.
Mutu Beton Kelas I
Mutu beton kelas I merupakan kelas yang paling rendah. Jenis beton ini penggunaannya di bidang pekerjaan non struktural. Jadi, dalam pelaksanaannya tidak membutuhkan kemampuan atau keahlian khusus.
Kelas beton ini tidak mengandung unsur struktural berupa besi sebagai bahan penulangan cor secara langsung. Sehingga dalam pekerjaan konstruksinya tidak membutuhkan pengawasan penggunaan yang relatif ringan. Pengawasan hanya berfokus pada kualitas bahan-bahan yang digunakan saja.
Jadi, tidak memerlukan tahapan pemeriksaan lebih lanjut dalam pengecekan kekuatan tekanan. Penggunaan kelas I ini biasanya pada konstruksi jalanan atau konstruksi kolom. Kemudian untuk kelas beton paling bawah meliputi K-100, K-125, K-150, serta K-200.
Mutu Beton Kelas II
Ragam mutu beton selanjutnya adalah kelas II atau menengah. Penggunaanya kebanyakan untuk berbagai jenis pekerjaan struktural.
Kemudian untuk pekerjaan lain yang memanfaatkan beton kelas menengah ini adalah penyusunan rangka struktur baja, bekisting, pasangan bata, finishing concrete, dan masih banyak lagi. Berdasarkan penggunaannya, mutu beton ini dibedakan dari kandungan penulangan besi saat proses mengaduk campuran cor.
Dalam pemakaiannya, membutuhkan keterampilan yang memadai. Bahkan harus diawasi oleh pimpinan ahli konstruksi yang berpengalaman dalam menangani proyek. Pasalnya penggunaan beton kategori menengah harus tepat.
Mutu beton kelas menengah ini dapat diaplikasikan untuk membuat rumah berlantai dua atau tiga yang membutuhkan konstruksi khusus. Lalu kategori yang termasuk mutu beton kelas II adalah K-225, K-250, dan K-275.
Mutu Beton Kelas III
Mutu beton paling tertinggi adalah kelas III. Kemudian jenis beton ini mempunyai campuran utama berupa baja. Sehingga mampu mengatasi kelemahan dari bahan concrete dengan daya tarik yang rendah, meskipun kemampuan menahan tekanannya tinggi.
Hal tersebut membuat ragam mutu beton kelas tertinggi ini disebut beton prategang. Tidak hanya itu saja, sifat baja dengan kekuatan tarik tinggi dapat menciptakan perpaduan yang kuat secara struktural terhadap beban tekanan. Bahkan mempunyai sifat bebas tarik.
Tidak heran jika membutuhkan keahlian khusus dalam penggunaannya. Selain itu, penggunaannya harus berada di bawah kendali pimpinan yang berpengalaman dan profesional.
Bahkan, ketika memakai mutu beton kelas III ini harus dilengkapi dengan peralatan canggih. Penggunaan beton kelas tertinggi harus menghadirkan laboratorium konstruksi khusus oleh tenaga ahli berdasarkan ketetapan yang dikeluarkan SNI.
Begitu pula dengan pengawasan proyek pengerjaan harus dilakukan secara terus menerus dan sangat ketat. Mutu beton kelas tertinggi antara lain K-325, K-350, K-375, K-450, dan K-500. Pengaplikasiannya untuk konstruksi landasan pesawat, area parkir kendaraan berat seperti truk tronton, dan saluran drainase.
Ragam mutu beton dalam dunia konstruksi terbagi menjadi beberapa kategori berdasarkan fungsi dan kekuatannya. Kemudian pembagian kualitas beton ini terbagi menjadi tiga kelas yang kategorisasinya diatur oleh Standar Nasional Indonesia (SNI).
Pengelompokan Beton
Pengelompokan
beton pada dasarnya berkembang dari waktu ke waktu, dan menyesuaikan
pula dengan kebutuhan di tiap negara atau instansi yang berkepentingan.
Di Indonesia pada umumnya pengelompokan dan peraturan beton mengikuti standar yang berlaku di Amerika Serikat (ACI)
Pada umumnya pengelompokan beton terbagi atas beberapa kategori :
- berat satuan
- mutu/kekuatan karakteristik (umumnya kuat tekan)
- pembuatan
- lingkungan layan
- tegangan pra-layan
- dsb
Berdasar kuat tekan karakteristik (PBI 1971 N.I.-2 )dari benda uji kubus (15 cm x 15 cm x 15 cm)Tabel 4.2.1 - Kelas dan Mutu Beton
|
Berdasar berat satuan (SNI 03-2847-2002)
SNI
tidak menggolongkan beton berat, namun pada umumnya beton dengan berat
satuan di atas 2.500 kg/m³ dikategorikan beton berat, walaupun ada yang
menerapkan nilai 3.200 kg/m³ sebagai batas bawah beton berat Beton yang berat satuannya berada di antara kategori di atas pada umumnya tidak efektif perbandingan berat sendiri dan kekuatannya, walaupun tidak ada larangan untuk membuat beton dengan berat satuan di antara 1.900 kg/m³ - 2.200 kg/m³ |
Berdasar PembuatanDari cara pembuatannya, beton pada umumnya dikelompokkan :
|
|
Berdasarkan LingkunganBeton di lingkungan khusus pada umumnya dikelompokkan berdasarkan kondisi yang mengancam ketahanan konstruksi beton bertulang :
pada umumnya diperlukan perlakuan, bahan atau persyaratan desain dan pelaksanaan yang khusus untuk lingkungan yang berpotensi mengancam ketahanan atau keawetan konstruksi |
Berdasarkan Tegangan Pra-Layan
Dengan demikian, kualifikasi BSN besi beton SNI sangat penting untuk
memastikan keamanan, kekuatan, dan ketahanan bangunan, serta melindungi
penggunanya.
Penutup
Sekian Penjelasan Singkat Mengenai Memahami Kualifikasi BSN Besi Beton SNI Beserta Fungsinya. Semoga Bisa Menambah Pengetahuan Kita Semua.