Pada pekerjaan bendungan, pengujian material harus dilakukan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku. SNI memberikan pedoman dan prinsip-prinsip dalam melakukan pengujian mutu konstruksi tubuh bendungan urugan, baik untuk material tanah maupun batu.
Beberapa pengujian material yang umum dilakukan dalam pekerjaan bendungan urugan sesuai dengan SNI antara lain:
Pengujian Gradasi: Pengujian ini dilakukan untuk memastikan bahwa material tanah yang digunakan memenuhi persyaratan gradasi yang telah ditetapkan. Hal ini penting untuk mencapai kestabilan dan kualitas konstruksi bendungan urugan.
Pengujian Kepadatan: Pengujian ini bertujuan untuk mengukur kepadatan material tanah yang akan digunakan dalam konstruksi bendungan. Kepadatan yang optimal diperlukan agar bendungan memiliki kekuatan dan stabilitas yang memadai.
Pengujian Kandungan Air: Pengujian ini dilakukan untuk menentukan berat kering optimal / kadar air optimal dalam material tanah. Kandungan air yang tepat akan mempengaruhi kepadatan, mempercepat proses konsolidasi dan kekuatan material tanah.
Pengujian Kuat Tekan: Pengujian ini dilakukan untuk mengukur kuat tekan atau kekuatan material batu yang digunakan dalam konstruksi bendungan. Hal ini penting untuk memastikan bahwa batu yang digunakan memiliki kekuatan "strength" yang cukup untuk mendukung struktur bendungan.
Pengujian Permeabilitas: Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat permeabilitas atau kemampuan material tanah atau batu dalam melewatkan air. Hal ini penting untuk menghindari masalah kebocoran air yang dapat mengancam kestabilan bendungan.
Pengujian material sesuai dengan SNI sangat penting dalam memastikan kualitas dan keamanan konstruksi bendungan. Oleh karena itu, sebelum melakukan pekerjaan bendungan, pastikan untuk mengacu pada SNI yang berlaku dan melaksanakan pengujian material sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Berikut adalah beberapa standar SNI (Standar Nasional Indonesia) yang terkait dengan laboratorium mekanika tanah untuk bendungan:
1. SNI 03-1726-2012: Tata Cara Pengujian Tanah - Bagian 6: Pengujian Penetrasi
2. SNI 03-1726-2012: Tata Cara Pengujian Tanah - Bagian 7: Pengujian Geser Langsung
3. SNI 03-1726-2012: Tata Cara Pengujian Tanah - Bagian 8: Pengujian Geser Samping
4. SNI 03-1726-2012: Tata Cara Pengujian Tanah - Bagian 9: Pengujian Sitrat
5. SNI 03-1726-2012: Tata Cara Pengujian Tanah - Bagian 10: Pengujian Konsolidasi
Kumpulan SNI Untuk Pengujian Laboratorium Mekanika Tanah lainnya, bisa didownload disini
1. Cara Uji Analisis Ukuran Butir Tanah : https://lnkd.in/g4ANqapJ
2. Cara uji berat jenis tanah : https://lnkd.in/gvcGVBUC
3. Cara uji Kepadatan Tanah (Berat) : https://lnkd.in/g_UPUfXX
4. Cara uji Kepadatan Tanah (Ringan) : https://lnkd.in/gYW8f8JB
5.Cara Uji penentuan Batas Plastis : https://lnkd.in/g-YfzeZW
6. Cara penentuan kadar air tanah : https://lnkd.in/gT9AM3fY
7. Cara uji penetrasi Lapangan : https://lnkd.in/gHNuinu7
8. Cara pengujian batas cair : https://lnkd.in/g3p5YBVU
9. Metode Uji densitas : https://lnkd.in/gb7CY-CH
10. Batas Susut : https://lnkd.in/gaU2G4aK
11.Uji Lapangan Dengan SPT : https://lnkd.in/g4meesXM
12. Uji Penetrasi SPT dengan tabung belah : https://lnkd.in/g4meesXM
Standar ini memberikan panduan tentang metode pengujian laboratorium yang digunakan untuk mengevaluasi sifat-sifat mekanika tanah yang relevan dengan desain dan konstruksi bendungan.
Penting untuk merujuk ke edisi terbaru dari standar ini, karena standar SNI dapat diperbarui dari waktu ke waktu. Anda dapat mengakses dan mendapatkan informasi lebih lanjut tentang standar ini melalui situs web Badan Standardisasi Nasional Indonesia (BSN) atau lembaga terkait lainnya yang berwenang dalam hal standarisasi.
Syarat Kadar Air pada Pemadatan Inti Clay Bendungan
Syarat kadar air untuk pemadatan inti clay pada bendungan biasanya didasarkan pada nilai Kadar Air Optimum (Optimal Moisture Content/OMC) yang diperoleh dari pengujian laboratorium. OMC adalah kadar air di mana tanah mencapai kepadatan kering maksimum (Maximum Dry Density/MDD) dengan usaha pemadatan tertentu.
Berikut adalah poin-poin penting terkait syarat kadar air:
- Kadar Air Optimum (OMC): Material clay untuk inti bendungan harus dipadatkan pada atau di sekitar OMC. Nilai OMC ini spesifik untuk setiap jenis tanah liat dan ditentukan melalui uji pemadatan standar (misalnya, Uji Proctor Standar atau Modifikasi).
- Rentang Toleransi: Meskipun OMC adalah titik ideal, dalam praktiknya, pemadatan di lapangan diizinkan dalam rentang kadar air tertentu di sekitar OMC. Umumnya, rentang ini bisa berkisar antara OMC 2% hingga 3%. Beberapa spesifikasi bahkan bisa lebih longgar, misalnya -3% hingga +3% dari OMC.
- Kepadatan Kering Minimum: Selain kadar air, seringkali ada syarat persentase kepadatan kering minimum yang harus dicapai, misalnya 95% dari MDD laboratorium. Ini berarti material harus cukup padat agar memiliki sifat kedap air dan kekuatan yang baik.
- Pengaruh Kadar Air Terhadap Sifat Tanah:
- Kadar Air Terlalu Rendah (Sisi Kering): Tanah akan sulit dipadatkan dan cenderung menghasilkan struktur yang rapuh, kurang kedap air, dan memiliki kuat geser internal yang lebih tinggi tetapi kohesi yang lebih rendah. Ini dapat meningkatkan risiko retak-retak.
- Kadar Air Terlalu Tinggi (Sisi Basah): Tanah menjadi lunak, sulit diatur, dan ruang pori akan dipenuhi air alih-alih partikel padat. Ini mengurangi kepadatan kering, menurunkan kekuatan, dan meningkatkan potensi rembesan atau "piping" (terowongan air).
- Tujuan Pengendalian Kadar Air: Pengendalian kadar air yang ketat bertujuan untuk memastikan tanah inti memiliki permeabilitas yang sangat rendah (biasanya kurang dari cm/detik) dan kuat geser yang memadai untuk menahan tekanan air dan beban bendungan.
Pengujian Kadar Air pada Pemadatan Inti Clay
Pengujian kadar air dilakukan baik di laboratorium maupun di lapangan untuk memastikan material memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.
1. Pengujian Laboratorium
- Uji Pemadatan (Proctor Test):
- Tujuan: Menentukan OMC dan MDD tanah.
- Prosedur Singkat: Sampel tanah dicampur dengan berbagai kadar air, lalu dipadatkan dalam cetakan standar menggunakan jumlah tumbukan atau energi tertentu. Berat volume kering dihitung untuk setiap kadar air, dan kurva kepadatan kering vs. kadar air dibuat. Puncak kurva menunjukkan MDD dan OMC.
- Jenis: Ada Standard Proctor (ASTM D698, SNI 03-1742-1989) dan Modified Proctor (ASTM D1557, SNI 03-1743-1989), tergantung pada energi pemadatan yang disimulasikan.
2. Pengujian Lapangan
Pengujian di lapangan bertujuan untuk memverifikasi bahwa material yang sedang dipadatkan memiliki kadar air yang sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan dari uji laboratorium.
Metode Oven (Standar Laboratorium Lapangan):
- Prinsip: Menghilangkan air dari sampel tanah melalui pemanasan hingga beratnya konstan.
- Prosedur Singkat:
- Ambil sampel tanah dari lapisan yang baru dipadatkan.
- Timbang sampel tanah basah (W1).
- Keringkan sampel dalam oven pada suhu sampai beratnya konstan (biasanya 12-24 jam).
- Timbang sampel tanah kering (W2).
- Hitung kadar air (w) menggunakan rumus:
- Kelebihan: Hasil akurat.
- Kekurangan: Membutuhkan waktu lama (tidak ideal untuk kontrol cepat di lapangan).
Metode Cepat (Rapid Moisture Content Test):
- Metode Calcium Carbide (Speedy Moisture Tester):
- Prinsip: Reaksi kimia antara kalsium karbida dan air dalam sampel tanah menghasilkan gas asetilen, yang tekanannya diukur untuk menentukan kadar air.
- Kelebihan: Cepat (beberapa menit).
- Kekurangan: Akurasi mungkin sedikit kurang dibandingkan metode oven, dan perlu kalibrasi yang baik.
- Metode Microwave Oven/Hot Plate:
- Prinsip: Mengeringkan sampel tanah dengan cepat menggunakan pemanas microwave atau hot plate.
- Kelebihan: Lebih cepat dari oven konvensional.
- Kekurangan: Perlu kehati-hatian agar tanah tidak gosong atau air tidak menguap terlalu cepat.
- Metode Sand Cone (untuk kepadatan dan kadar air):
- Prinsip: Mengukur volume lubang galian di lapangan dan berat tanah yang diambil, lalu menentukan kadar air tanah tersebut.
- Kelebihan: Mengukur langsung di lapangan dan bisa digunakan untuk menentukan kepadatan kering lapangan.
- Kekurangan: Membutuhkan prosedur yang lebih detail dan keahlian.
Dalam praktiknya, pengujian kadar air harus dilakukan secara berkala dan representatif di seluruh area pemadatan inti bendungan untuk memastikan setiap lapisan memenuhi persyaratan desain. Ini membantu dalam meminimalkan risiko kegagalan bendungan akibat rembesan atau masalah stabilitas lainnya.
Catatan: Pastikan untuk selalu mengacu pada standar resmi dan mengkonsultasikan dengan ahli terkait dalam melakukan pengujian mekanika tanah untuk bendungan, karena persyaratan dan praktik terkait dengan laboratorium mekanika tanah dapat bervariasi tergantung pada proyek dan lokasi spesifik.
📚 Sources
1. Kumpulan Standar Nasional Indonesia (SNI) di Bidang Teknik Sipil • http://civilengineeringclassb.blogspot.com/2017/08/kumpulan-standar-nasional-indonesia-sni.html
- Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Tingkat Dasar Geoteknik • https://simantu.pu.go.id/epel/edok/b6a14_MDL_Geoteknik.pdf
- DASAR-DASAR-MEKANIKA-TANAH.pdf • https://www.researchgate.net/profile/Darwis-Panguriseng/publication/323616697_DASAR-DASAR_MEKANIKA_TANAH/links/5aa0623c45851543e6375d6b/DASAR-DASAR-MEKANIKA-TANAH.pdf
Penutup
Sekian Penjelasan Singkat Mengenai SNI Laboratorium Mekanika Tanah. Semoga Bisa Menambah Pengetahuan Kita Semua.